Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Neraka Kembali Hadir di Karang Tengah

Mathias S Brahmana Wartawan Media Indonesia
01/4/2019 06:00
Neraka Kembali Hadir di Karang Tengah
Mathias S Brahmana(MI)

GERBANG Neraka. Sebutan itu pernah disematkan kepada Gerbang Tol (GT) Karang Tengah yang berlokasi di perbatasan Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi Banten, tepatnya antara Jakarta Barat dengan Kota Tangerang.

GT Karang Tengah wajar disebut gerbang neraka karena di titik inilah biang kemacetan parah terjadi, baik dari Jakarta menuju Tangerang maupun sebaliknya.

Gerbang Tol Karang Tengah merupakan tempat pembayaran bagi pengguna yang masuk dari simpang susun (SS) Tomang (KM 0), GT Kebon Jeruk (KM 3,5), dan SS Kembangan (KM 7,5). Kendaraan yang masuk ke tol tersebut  dengan tujuan GT Karang Tengah Barat (KM 10,7), GT Kunciran (KM 15,2), GT Tangerang (KM 18,7), GT Karawaci Timur/Barat (KM 20,4/21,1), GT Bitung (KM 26,3), dan Jalan Tol Tangerang-Merak; atau sebaliknya.

Tingginya volume kendaraan memicu kemacetan dan sudah membebani pikiran maupun fisik sejak pagi hari. Semua kendaraan yang masuk tol pada kisaran waktu 06.30 WIB akan langsung berhadapan dengan kemacetan.

Kemacetan bisa mencapai 10 kilometer sejak pagi hingga malam. Sering terjadi, butuh dua hingga tiga jam untuk melewati Karang Tengah baik dari Jakarta maupun Tangerang.

Setelah lama disorot, pengelola jalan tol telah mengambil kebijakan dengan meniadakan transaksi di GT Karang Tengah. Terhitung sejak 9 April 2017 transaksi dipindahkan ke pintu keluar. Kebijakan demikian sangat cerdas dan benar-benar mengurangi beban pengendara.

Belakangan ini Karang Tengah kembali menjadi pembicaraan. Biang macet kembali hadir di sana, baik dari arah Jakarta menuju Tangerang, maupun sebaliknya. Kenapa bisa demikian, padahal GT lama sudah dibongkar pada kedua arah.

Muara persoalan kemacetan dari arah Jakarta menuju Tangerang disebabkan adanya hambatan kendaraan di pintu keluar Karang Tengah Barat 1. Antrean dua lajur tidak mampu menampung kendaraan keluar sehingga menghalangi kendaraan lain dengan tujuan Tangerang.

Di jalan tol, bila satu lajur terhambat akan langsung merembet ke lajur lainnya. Karena tingginya volume kendaraan, dalam hitungan menit seketika terjadi penumpukan.

Pada jam pulang kerja, kemacetan di pintu keluar Karang Tengah Barat 1 dapat memicu kemacetan hingga kawasan Tomang. Saat GT Karang Tengah masih beroperasi, kemacetan tidak jauh-jauh dari kondisi tersebut.

Solusinya, pengelola Jalan Tol Jakarta-Tangerang dapat memberikan dua lajur tersendiri bagi kendaraan yang keluar pintu Karang Tengah Barat 1. Jalur darurat bisa dijadikan lajur bagi kendaraan yang hendak keluar dan saat ini tengah dikerjakan.

Layanan tol akan lebih baik lagi jika menarik pintu gerbang pembayaran jauh ke dalam sehingga ekor antrean tidak menghalangi kendaraan dengan jarak tempuh lebih jauh.

Di pihak lain, kendaraan dari arah Tangerang menuju Jakarta juga mengalami situasi dan kondisi yang sama. <i>Running text<p> pada papan pemberitahuan tol sering menyampaikan kecepatan 20-30 Km meski kenyataannya terkadang stagnan.

Hambatan terjadi karena yang hendak keluar di pintu simpang susun (SS) Kembangan merampas jalur kendaraan tujuan Kebon Jeruk dan Tomang. Pengendara yang hanya mementingkan diri sendiri itu hendak memotong langsung di depan pintu SS Kembangan.

Kendaraan yang keluar Kembangan sangat padat dikarenakan adanya kebijakan pemerintah semua truk dilarang masuk tol dalam kota mulai pukul 05.00 – 22.00 WIB. Dengan demikian truk dari arah Merak, Tangerang, Bitung, maupun Karawaci, menggunakan akses SS Kembangan.

Truk berebut jalan dengan bus, truk sedang, dan kendaraan pribadi. Sementara di kawasan SS Kembangan hanya terdapat dua lajur untuk tiga tujuan lanjutan.

Akses pertama jalur kiri merupakan pintu keluar ke jalan arteri dengan tujuan Meruya/Kembangan/Kalideres/Kebon Jeruk. Jalur tengah melanjutkan ke Tol Sedyatmo, Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, dan Pluit, sedangkan jalur kanan menuju tol JORR.

Truk biasanya mengambil jalur kanan dari dua lajur yang ada karena akan melanjutkan ke tol JORR. Kelambanan truk-truk itulah dimanfaatkan oleh pengendara pribadi dengan tiba-tiba mendahului di mulut SS Kembangan.

Saat mengincar kelambanan truk itu, kendaraan-kendaraan tersebut
menutup akses dengan tujuan Kebon Jeruk/Tomang. Bila polisi patroli jalan tol berjaga di dekat kawasan SS Kembangan, lalu lintas akan lancar. Namun biasanya polisi tidak pernah lama di sana sebab tugasnya memang patroli.

Masalah di pintu SS Kembangan kini semakin parah. Pengelola jalan tol jangan membiarkan neraka kembali hadir di kawasan Karang Tengah. Dua jalur diperebutkan oleh kendaraan dengan tujuan enam jalur memang sudah teramat sempit.

Sudah saatnya pengelola membuka akses jalan tersendiri bagi kendaraan dengan tujuan JORR. Jalur darurat SS Kembangan arah Kebon Jeruk bisa diambil untuk akses masuk ke pintu tol JORR.

Bila kendaraan yang menuju JORR memiliki akses tersendiri akan mengurangi beban SS Kembangan. Kendaraan tentu lebih lancar. Sebab pada dasarnya jalan tol Kembangan – Kebon Jeruk memang lancar.

Macet terjadi karena perilaku pengemudi yang hanya mementingkan diri sendiri dengan mengambil jalur yang bukan haknya. Pengemudi demikian sudah sangat banyak sebab memang tidak dikenakan sanksi.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya