Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Serapungan, Olahraga Tradisional

Deni Aryanto/R-2
18/12/2015 00:00
Serapungan, Olahraga Tradisional
(MI/DENY ARYANTO)
DI tengah pagelaran Indonesia Musi Triboatton (IMT) 2015, ada satu pemandangan yang jarang dijumpai, terlebih bagi pengunjung dari luar Provinsi Sumatra Selatan.

Siang itu, saat arus aliran Sungai Musi sedang deras, dua orang tanpa jaket pelampung maupun alat keselamatan meluncur di atas bambu.

Mereka mengapung hanya bermodalkan rakit bambu yang diikat satu dengan rotan.

Beberapa orang lainnya menyusul di belakang untuk menyusuri Sungai Musi sekitar Jembatan Kuning, Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang.

Mereka mempercepat laju bambu dengan mendayung menggunakan dua tangan mereka.

Belakangan diketahui bahwa masyarakat sekitar Empat Lawang menyebut bambu mengapung tadi sebagai serapungan.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Empat Lawang Dwi Suryandani menjelaskan serapungan berasal dari kata mengapung.

Asal mulanya hanya jadi alat transportasi tradisional masyarakat Empat Lawang untuk berkebun ke tengah pulau ataupun mencari ikan.

Saat ini, serapungan menjadi salah satu olahraga tradisional di Empat Lawang.

Olahraga itu juga bagian dari cabang yang dilombakan pada kegiatan IMT 2015.

"Olahraga seperti ini cuma kita (Kabupaten Empat Lawang) yang punya. Saat ini, tidak cuma saat lomba, banyak warga Empat Lawang yang masih banyak memanfaatkan serapungan sebagai alat transportasi sungai," ujar Dwi.

Biasanya, serapungan dilombakan di Sungai Musi saat perayaan hari ulang tahun Kabupaten Empat Lawang, Hari Pahlawan, dan Tahun Baru.

Khusus untuk perlombaan, bambu yang digunakan memiliki panjang 3 meter, dengan diameter 20 cm.

Bambu yang digunakan ialah jenis bambu manyan.

Lomba serapungan sudah diselenggarakan selama tujuh tahun belakangan, yaitu sejak terbentuknya Kabupaten Empat Lawang.

Dwi berharap olahraga seperti ini dapat terus lestari di masyarakat. Bahkan menjadi salah satu cabang olahraga nasional.

"Selama ini, serapungan hanya diikuti masyarakat Empat Lawang, karena bagi masyarakat lain masih terasa awam. Ditambah, bagi yang belum terbiasa mengendalikannya, potensi bahayanya cukup tinggi," katanya.

Salah seorang peserta serapungan di IMT 2015 ialah Andri Tarhaweh, 46. Warga Desa Terusan Lama, Tebing Tinggi, itu sudah 10 kali mengikuti lomba serapungan.

"Terakhir Hari Pahlawan (2015) kemarin, saya runner-up. Biasanya sering menang. Kalau enggak runner-up, ya peringkat 3," cerita Andri.

Catatan prestasi Andri ini wajar karena Andri selalu menggunakan serapungan untuk menyeberangi Sungai Musi.

Dengan serapungan, dia bisa menghemat waktu.

"Saya enggak takut. Kita sudah lakukan ini turun-temurun dari nenek moyang. Daripada harus memutar jalan lewat jembatan."



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya