Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
TURNAMEN grand slam Australia Terbuka 2017 belum dimulai, tapi skandal pengaturan pertandingan yang terjadi di negara itu telah membuat para petenis top dunia gerah.
Betapa tidak? Menjelang berlangsungnya turnamen yang akan dimulai pada 16 Januari tersebut, atlet Australia berusia 18 tahun diduga melakukan pengaturan pertandingan dalam sebuah turnamen di Victoria pada Oktober tahun lalu. Kasus itu bahkan akan masuk ke pengadilan pada Maret mendatang.
Menurut surat kabar Australia, petenis yang bernama Oliver Anderson itu merupakan bintang masa depan mereka dan juara bertahan Australia Terbuka Junior.
“Sangat mengecewakan untuk pertandingan ketika sesuatu seperti itu muncul. Bagaimana pun, ketika orang-orang itu tertangkap dan bertanggung jawab, saya tetap menganggapnya sebagai hal yang positif,” cetus petenis Inggris, Andy Murray.
Murray yang tengah berlaga di Qatar Terbuka mengaku sebenarnya dia tidak mau berkomentar secara spesifik. Namun, ia sangat mendukung segala upaya pencegahan tindakan penyimpangan.
“Kalau itu terjadi dan tidak ada tindakan terhadapnya itu jauh lebih buruk untuk masa depan olahraga. Jadi, bila itu terjadi, harus ada hukuman yang berat untuk siapa pun yang terlibat,” lanjut petenis peringkat satu dunia itu.
Tidak hanya Murray, petenis nomor dua dunia, Novak Djokovic, pun mengatakan hal serupa. Menurut petenis Serbia tersebut, ia merasa sedih atas insiden yang mencoreng nama tenis dunia itu.
“Saya sangat kecewa mendengarnya terutama mengingat kenyataan dia (Anderson) masih muda dan memenangi grand slam junior. Jadi, sebenarnya dia memiliki kualitas dan potensi. Saya tidak mengerti mengapa dia melakukannya, tapi semua orang bisa membuat kesalahan” tegasnya.
Peraih 14 kali gelar grand slam, Rafael Nadal, juga mengaku kecewa dengan skandal tersebut. Nadal pun berharap ada sanksi tegas untuk memberikan efek jera kepada pelaku.
“Kalian lelah dengan hal-hal seperti itu, tetapi hal yang paling penting justru untuk melawan hal-hal seperti itu. Dia masih muda itu bagian yang paling buruk,” kecamnya.
Tidak ada toleransi
Kabar soal pengaturan skor pada pertandingan tenis di Australia sebetulnya sudah mencuat sejak turnamen Australia Terbuka tahun lalu. Sejumlah surat kabar setempat melaporkan maraknya petenis yang mengubah-ubah skor.
Mereka bahkan menyebut tidak kurang dari 50 petenis terlibat dalam skandal tersebut. Sayangnya, tidak pernah ada tindakan tegas dari otoritas tenis Australia.
Kondisi tersebut menginspirasi Adam Lewis QC, seorang ahli hukum olahraga, yang berbasis di London, Inggris, untuk membentuk badan antipelanggaran tenis, Unit Integritas Tenis. Hal itu dilakukan guna mendorong otoritas tenis Australia untuk memerangi skandal pengaturan skor dan korupsi di tubuh olahraga mereka.
“Reaksi pertama saya adalah kecewa. Namun, kami harus realistis. Kami harus terus memberikan pendidikan kepada para petenis. Kami tentu tidak memberikan toleransi terhadap setiap skandal pengaturan pertandingan. Itu mantera kami,” tegas Ann West, Ketua Unit Integrasi. (AFP/AP/R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved