Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SEMBARI merapikan pakaian yang dijual, Ukay, warga Bogor, meladeni pembeli yang menanyakan harga dan melihat-lihat barang dagangannya. Setelah terlibat tawar-menawar, Ukay akhirnya memasukkan baju yang telah terjual ke kantong plastik hitam untuk pembelinya.
Seusai melayani pembeli, Ukay kembali duduk di kursi sambil merapikan baju yang sebelumnya dilihat-lihat calon pembeli. Ukay merupakan salah seorang pedagang pakaian di arena Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat 2016. Lapaknya berada di depan Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Jawa Barat.
Ukay sudah tiga kali membuka lapak pakaian selama penyelenggaraan PON. Ia melakoninya sejak PON XVII 2008 Kalimantan Timur hingga PON 2012 Riau.
Namun kali ini, ia merasakan suasana berbeda ketimbang dua PON sebelumnya. Jika di Kaltim dan Riau ia mendapatkan omzet cukup besar, kali ini penjualannya sedikit menurun. Dalam sehari, ia rata-rata mengantongi omzet tak lebih dari Rp5 juta.
“Waktu di Riau 2012, omzet satu hari bisa sampai Rp10 juta. Beda dengan kali ini. Mungkin karena Bandung kota besar yang masyarakatnya sama seperti di Jakarta, jadi sudah terbiasa dengan keramaian. Kalau di daerah, masyarakatnya antusias menyambut gelaran keramaian seperti PON,” kata Ukay.
Jenis cabang olahraga yang dipertandingkan di sebuah arena diakui Ukay juga memengaruhi omzet dagangannya. Saat cabang karate dipertandingkan di Sabuga 18-22 September, dagangannya tergolong laku karena olahraga asal Jepang itu cukup dikenal. Namun, saat cabang kempo digelar, omzetnya sedikit menurun.
Penurunan omzet bukan hanya dialami pedagang pakaian seperti Ukay. Penjaja kuliner di Sabuga juga mengalami penurunan omzet saat kempo dipertandingkan. Jumlah pengunjung yang lebih sedikit ketimbang saat karate dipertandingkan membuat makanan yang dijajakan tidak cepat habis.
“Karate kemarin memang yang datang lebih banyak daripada sekarang. Saat karate, dagangan saya cepat habis, bahkan sudah habis saat siang. Sekarang, memang saat makan siang cukup ramai, tapi tidak sampai habis seperti ketika karate dipertandingkan,” kata Lilis, pedagang batagor di Sabuga.(Gnr/R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved