Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
PEKAN Olahraga Nasional Jawa Barat XIX/2016 seperti panggung pembuktian ketangguhan dua lifter Olimpiade Indonesia Sri Wahyuni Agustiani dan Eko Yuli Irawan. Sri dan Eko yang meraih perak di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 bukan saja menjadi yang terbaik. Lebih dari itu, keduanya memecahkan rekor PON di kelas masing-masing.
Sri yang bertanding di kelas 48 kg putri tampil dominan dengan membukukan angkatan total 182 kg di Gelora Sabilulungan Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, kemarin. Total angkatan yang menghasilkan medali emas itu juga menjadi rekor baru PON, menggantikan rekor sebelumnya yang dicetak Citra Febrianti.
Selain angkatan total, Sri memecahkan rekor PON milik pelatihnya, Supeni, di angkatan langsung (snatch) dengan angkatan 81 kg. Sementara itu, untuk angkatan bertahap (clean and jerk), Sri mampu mengangkat beban 101 kg. Lifter yang membela Jabar itu sebenarnya sempat mencoba angkatan seberat 111 kg, tetapi gagal dari dua kali usahanya.
“Itu tadi hanya coba mengangkat angkatan yang waktu Olimpiade tidak kena saja. Akan tetapi, ternyata belum kena juga. Persiapan saya ke PON Jabar hanya selama dua minggu karena sebelumnya saya libur 15 hari setelah kembali dari Olimpiade karena menghadiri sejumlah acara,” kata Sri yang mengungguli Lisa Setiawati dari Kalimantan Timur dan Lisa Indriyani dari DKI Jakarta di barisan podium.
Sementara itu, di kelas 62 kg putra, Eko sukses merebut emas dengan menajamkan rekornya sendiri melalui angkatan total 307 kg. Eko yang kini membela Jawa Timur juga membukukan rekor baru PON untuk angkatan bertahap dengan angkatan 170 kg. Rekor sebelumnya dimiliki Triyatno dengan catatan 165 kg di PON 2008 Kalimantan Timur.
Eko mengungguli lifter tuan rumah, Muhammad Hasbi, yang meraih perak dan Ardiansyah dari Sumatra Selatan yang merebut perunggu.
“Persiapan saya untuk berlaga cukup singkat. Karena itu, tadi saya mencoba untuk mengamankan medali emas dahulu untuk Jatim dengan main aman. Setelah ini, saya akan istirahat dahulu dan berlibur dengan keluarga sebelum kembali ke pelatnas,” kata Eko.
Turun takhta
Dari cabang balap sepeda, Risa Suseanty harus menghadapi fakta bahwa gelarnya sebagai ratu balap sepeda downhill Indonesia selama lebih dari dua dekade harus berakhir. Pembalap Jabar itu harus mengakui keunggulan atlet Jateng Nining Purwaningsih yang meraih emas dan Tiara Andini Prastika dari Jatim yang menyabet perak.
Pada lintasan downhill Cikole, Bandung Barat, kemarin, Risa harus puas menggenggam perunggu dengan torehan waktu 6 menit 59,08 detik. Nining menjadi yang tercepat dengan mencatatkan waktu 6 menit 55,07 detik, disusul Tiara 6 menit 93 detik.
Meski kecewa dengan hasil itu, Risa senang karena kini muncul sejumlah pembalap muda potensial. “Di satu sisi saya senang karena 20 tahun menang terus khawatir soal regenerasi, sebab perempuan jarang ada yang mau balap sepeda downhill,” kata pembalap berusia 36 tahun itu. (Mag/Tim/R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved