Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
BERTEMPAT di Lounge XXI Plaza Senayan, Jakarta, Melanie Kartadinata, menyapa followers dan tamu undangan. Suasana kekeluargaan menyeruak.
Pagi itu, Selasa (15/11), sosok yang tidak asing dalam dunia selebritas tersebut meluncurkan buku biografi Ibunda terkasihnya, Lanny Gumulya. Siapa Lanny Gumulya?
Lanny Gumulya ialah peraih medali emas pada Asian Games IV 1962, di Gelora Bung Karno, Jakarta. Ia meraih medali terbaik itu pada cabang bidang olahraga akuatik loncat indah.
Lanny juga yang kemudian dipercaya membawa obor pada pembukaan Asian Games ke-18 2018 di Gelora Bung Karno, Jakarta. Hingga kini, ia masih tercatat sebagai peraih medali emas satu-satunya akuatik loncat indah dari Indonesia sejak Asian Games IV 1962 berlangsung.
Gumulya, nama yang diberikan oleh Bung Karno, Presiden pertama RI, saat berkunjung ke Training Center Bandung. Di lokasi itu, para atlet dipersiapkan untuk bertanding pada Asian Games IV 1962. Gumulya ialah nama singkatan dari Goei yang Mulia. Nama asli gadis itu Goei Giok Lan.
“Lanny, terima kasih, kamu telah mempersuntingkan bunga melati di sanggul Ibu Pertiwi," ucapan terima kasih itulah yang dilontarkan Sang Proklamator kepada Lanny Gumulya atas prestasinya menyumbangkan 1 medali emas cabang akuatik loncat indah.
Ungkapan itu disampaikan di Istana Negara. Kala itu, Lanny Gumulya juga diminta ikut menari lenso bersama para pejabat negara yang hadir pada acara perpisahan dengan para atlet seusai Asian Games IV, 1962 berjalan lancar.
Sosok tegar, tapi lembut
Pada buku biografi ini, Melanie mengisahkan sosok masa kecil Ibunya hingga menjadi atlet, menikah, memiliki anak dan memilih pensiun dari dari dunia olahraga yang sudah sejak kecil ditekuninya.
Sosok tegar, kuat, berkarakter juara, lembut dan pantang menyerah, itu, jadi inspirasi bagi sang anak, Melanie. Karena itu, ia terpanggil menulis kisah ibunya, gadis yang menjadi legenda olahraga Indonesia.
Prestasinya sulit diikuti generasi selanjutnya. Sampai 2022 ini, dialah satu-satunya peraih medali emas cabang akuatik loncat indah dari Indonesia.
"Saya berharap buku ini bisa menjadi penyemangat bagi putera-puteri Indonesia, khususnya para atlet," ungkap Melanie.
Dalam buku itu juga, Lanny menulis surat cinta untuk Bangsa Indonesia. Untuk generasi muda, yang diharapkan mewarisi tekad dan perjuangan Lanny.
Pada sub-bab terakhir, Melanie menceritakan kisahnya dalam mencari makna hidup yang lebih otentik, sederhana dan bahagia setelah melihat sosok Ibunya, Lanny Gumulya. Lanny yang hidup tinggal bersamanya, suami dan anak-anak, sepeninggal Ayahnya berpulang pada 2019 lalu.
Buku ini ditulis oleh Melanie Kartadinata dengan bahasa sederhana, sebagai hadiah ulang tahun Lanny Gumulya ke-78 pada 13 November 2022. Untuk pemesanan buku biografi “Lanny Gumulya, Kisah Gadis Kolam yang Terbang Mengibarkan Sang Merah Putih” dapat menghubungi Anna (+6285282577359). (N-2)
Buku ini ditulis oleh seorang kolega dekat Ong Hok Ham, Dr. David Reeve yang sama –sama pernah mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI).
Kalau belum pernah menulis autobiografi diri sendiri, kini saatnya kita belajar. Kini kita kenali dulu tentang autobiografi.
Menurut pandangan Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia Susanto Zuhdi, buku ini menarik untuk dibaca, karena ditulis oleh seorang masyarakat biasa.
Mulanya Cassiopea Yap tak mau membuat buku, meskipun dirinya pernah punya pengalaman wirausaha dalam bisnis penulisan, penjualan, dan pemasaran untuk buku dan majalah.
Ia menyebut kehidupan ekonomi keluarganya sangat kekurangan sejak ayahnya meninggal saat Dudung berusia 12 tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved