Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PETENIS putri Amerika Serikat Cori Gauff tidak butuh waktu lama untuk kegagalannya di Australia Terbuka 2020. Bermain di babak keempat, kemarin, dia dikalahkan rekan senegaranya, Sofia Kenin, dengan skor 7-6 (7-5), 3-6, dan 0-6.
Gauff yang akrab disapa Coco mengaku langsung memikirkan turnamen berikutnya yang diharapkan bisa dia ikuti. Salah satu ajang yang terbesit di kepalanya ialah Olimpiade 2020, yang pada Agustus mendatang bakal berlangsung di Jepang.
"Tentu masuk Olimpiade jadi target. Semoga rangking saya bisa memenuhi syarat untuk lolos kualifikasi. Untuk bisa main di Olimpiade pasti sulit, tapi saya akan usaha semaksimal mungkin," kata Coco yang kini berusia 15 tahun.
Saat ini, Coco merupakan petenis putri berperingkat ke-67. Peluangnya untuk masuk ke Olimpiade akan semakin besar jika dia bisa memenangi Australia Terbuka karena mendapat tambahan 2.000 poin. Namun, jika menang di 'Negeri Kanguru', itu pasti akan lebih membanggakan bagi Coco karena sudah lama tidak ada petenis muda yang bisa memenangi ajang grand slam.
Coco sejatinya memang ingin memecahkan rekor Martinas Hingis yang pada 1997 berhasil menjadi petenis termuda dalam sejarah era terbuka yang menjadi juara grand slam.
Kala itu, Hingis yang berasal dari Swiss menjadi kampiun Australia Terbuka di usia 16 tahun 105 hari. Akan tetapi, cita-cita Coco kandas karena Kenin mampu mengatasi permainannya.
Adapun Kenin yang merupakan unggulan ke-14 di Australia Terbuka bakal berjumpa petenis asal Tunisia, Ons Jabeur, di perempat final pada Selasa (28/1). Jabeur merupakan petenis pertama asal negaranya yang mampu menembus perempat final turnamen grand slam. (Ykb/AFP/R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved