Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PRIA remaja 19 tahun ini, lahir dengan keterbasan fisik, berupa gangguan tungkai atas. Namun begitu, pemilik nama Dheva Anrimusthi ini sejak kecil tidak pernah merasa rendah diri.
Justru, kondisi fisiknya yang tidak normal itu dijadikan motivasi kuat untuk sukses di pentas olahraga, khususnya cabang bulutangkis.
Bersama pasangannya, Hafizh Briliansyah Prawiranegara, ia selama dua tahun terkahir ini telah banyak mengukir prestasi gemilang. Dari mulai meraih medali emas di ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Jabar 2016, hingga medali emas di ASEAN Para Games Malaysia 2017, serta yang teranyar menyabet medali emas ganda putra di Asian Youth Para Games (AYPG) Dubai 2017.
Penampilan di AYPG Dubai pada akhir Desember lalu itu merupakan ajang mencari poin untuk kualifikasi Paralimpiade Tokyo 2020.
"Medali emas di Asian Yunior Dubai itu sunguh excited sekali. Selain sebagai ajang kualifikasi Paralimpiade Tokyo 2020, saya seperti memperoleh spirit baru untuk menghadapi Asian Para Games Jakarta pada Oktober mendatang," tutur dia saat ngobrol santai dengan Media Indonesia di sela-sela latihan TC di GOR Sritex Solo, Rabu (19/9).
Setidaknya untuk kesiapan menuju pesta olahraga kaum disabilitas se-Asia pada 6 - 13 Oktober itu, ia bersama 21 atlet NPC cabang bulutangkis telah menjalani pemuusatan latihan di Solo, sejak Januari silam. Ia harus berlatih keras, karena selain turun di nomor ganda putra kelas uper (SU-5) bersama Hafizh, juga harus turun di sektor tunggal.
Tim paralimpik bulutangkis Indonesia di Asian Para Games nanti, akan tampil di 16 kelas standing dan 6 kelas wheelchair, Dari belasan nomor atau kelas yang diikuti itu, diharapkan akan meraih empat medali emas, dan satu di antaranya sangat diharapkan dari ganda putra kelas uper (SU-5) Dheva/Hafizh.
"Ya kami memang sudah siap karena bermain bersama Hafizh rasanya sudah semakin serasi dan kompak. Mudah-mudahan doa dan dukungan seluruh rakyat Indonesia, semakin menjadi modal kuat bagi kami untuk bermain habis-habisan dan terbaik, siapa pun lawannya," imbuh sulung dari empat saudara asal Kuningan, Jabar ini dengan tatapan yakin.
Dalam pesta paralimpiade Asia di Jakarta nanti, lawan-lawan yang perlu diwaspadai adalah Malaysia dan Tiongkok. Terutama pasangan nomor satu dunia dari Malaysia, Li Hao Cheh, yang beberapa kali dihadapi di kancah kejuaraan internasional. Di sektor tunggal kelas uper pun, Dheva mengaku berat jika bertemu Hao Cheh.
Ia berharap dari latihan tambahan di PB Djarum Kudus selama lima hari, terutama dalam sparing patner dengan para pemain Djarum, akan memberikan semangat tersendiri.
"Terus terang kemampuan saya semakin terasah dan membaik. Mudah-mudahan ini bisa menjadi modal terbaru untuk menghadapi lawan-lawan di Asian Para Games," tukas pemain yang memiliki tinggi lebih dari 170 cm itu.
Yang jelas, lanjut dia, dirinya ingin mengulang sukses apa yang diperoleh di Asean Paragames Malaysia dan Asian Youth Para Games Dubai saat bertanding di Asian Para Games Jakarta, terutama sekali di sektor ganda kelas uper bersama Hafizh. Sebab dengan mampu mengibarkan bendera merah putih di atas panggung pengalungan medali itu, aliran bonus dari pemerintah akan mengalir ke pundi-pundi.
"Jika sukses meraih medali emas, bonus dari pemerintah akan saya pergunakan untuk membantu ayah agar bisa berangkat ibadah Umroh. Karena itu kini saya terus menjaga kesehatan stamina, terutama mental agar lebih siap dalam berlaga. Sekalilagi doakan yang terbaik bagi seluruh atlet NPC Indonesia di Asian Para Games, untuk bisa berprestasi gemilang sebagaimana yang sudah ditunjukkan saudaara-saudara kita di Asian Games lalu," tandas Dheva menutup obrolan. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved