Kalau Tidak 'Bersih' dan Visioner Mundur Saja Dari Calon Ketum PSSI
Satria Sakti
08/4/2015 00:00
(Dok.)
Dua pekan menjelang digelarnya Kongres PSSI di Surabaya, 18-19 April, masih belum ada gerakan-gerakan para calon ketua umum untuk memperkuat peluangnya. Bahkan tak satu pun tim sukses para calon yang kusak-kusuk untuk mencari dukungan. Kendati demikian, itu tidak mengurangi antusiasme masyarakat sepak bola Indonesia, yang tengah menunggu siapa ketua umum PSSI periode 2015-2019 mendatang.
Pengamat sepak bola Indonesia, Eddi Elison menilai, kondisi ini tidak lepas kualitas dari sembilan calon ketua umum yang telah lolos penyaringan. Menurutnya, dari sembilan orang itu, hanya satu atau dua orang saja yang dinilai layak memimpin PSSI.
''Semua orang pasti bisa menilai para calon ketua umum PSSI sekarang. Hampir tidak ada yang kapabel. Mungkin karena mereka menilai Kongres ini akan ada setingan untuk memenangkan salah satu calon,'' ujar Eddi saat dihubungi kemarin.
Penilaian Eddi itu bukan tanpa alasan. Ia mengungkapkan, penunjukkan Surabaya sebagai tempat pelaksanaan Kongres sudah mengindikasikan terjadinya setingan tersebut. Belum lagi, pembentukan tim penjaringan yang diisi hampir semua orang PSSI. Dari sembilan calon itu, Eddi menilai, La Nyalla Mattalitti sebagai calon yang paling diuntungkan dengan keputusan itu. Tapi ironisnya, akhir-akhir ini, La Nyalla justru 'kesandung' kasus hukum. Tidak tanggung-tanggung, Ketua Kadin Jawa Timur itu tersangkut tidak kasus hukum.
''La Nyalla posisinya memang kuat, tapi kasus hukum akan menjegal dia. Ini benar-benar harus diperhitungkan para voter. Jangan kesalahan saat terjadi kisruh sepak bola akibat kasus hukum Nurdin Halid terulang lagi. Tapi kalau berjiwa besar, seharusnya La Nyalla lebih baik mundur saja. Kalau dia melakukan itu, dia akan mendapat simpatik dari masyarakat sepak bola Indonesia karena mencegah terjadinya kisruh di organisasi PSSI mendatang. Intinya ketua umum PSSI harus 'bersih' dari masalah hukum dan politik. Selain itu, dia juga harus visioner,'' terang Eddi.
Eddi menilai, secara visioner La Nyalla tidak memiliki syarat itu. ''Dia tidak paham sepak bola, bahkan tidak suka nonton sepak bola. Bagaimana jadi ketua umum, sementara nonton bola saja tidak suka,'' tutur Eddi.
Kendati demikian, Eddi tetap menyarankan para voter menggunakan hati nuraniku dalam memilih ketua umum. Ia juga menyarankan agar Kongres PSSI dijauhkan dari politik uang.
''Kalau La Nyalla mundur, praktis ancaman kemungkinan terjadinya politik uang bakal tidak ada karena delapan calon lainnya memang tidak memiliki uang banyak untuk dibagi-bagikan. Jadi akan sangat bijak bila La Nyalla mundur sehingga Kongres bisa berjalan lancar,'' tandasnya.