Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Mereka Mewarisi Semangat sang Kiai

Putri Rosmalia Octaviyani
19/3/2017 05:16
Mereka Mewarisi Semangat sang Kiai
(MI/BARY FATHAHILAH)

Buya melihat ada semangat dan sifat negarawan seperti yang ditunjukkan KH Hasyim Muzadi dalam diri sebagian pemuda.

Kamis (17/3) lalu, Indonesia kembali kehilangan seorang tokoh yang gigih menyuarakan pluralisme dan toleransi, KH Hasyim Muzadi. Salah seorang tokoh Pengurus Besar Nah dlatul Ulama (PBNU) yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu wafat di malang, Jawa Timur, pada usia 73 tahun lantaran sakit. Bersama almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, mendiang KH Hasyim Muzadi, dianggap merupakan fi gur negarawan yang konsisten merawat keberagaman.

"Negarawan kini semakin sepi," kata tokoh Muhammadiyah, Syafi i Maarif, kepada Media Indonesia mengungkapkan rasa kehilangan atas wafatnya KH Hasyim Muzadi, Sabtu (18/3). Menurut pria yang akrab disapa Buya Syafii ini, sulit menemukan negarawan sejati di negeri ini, terlebih negarawan yang pluralis.

"Karena negarawan ialah sosok pribadi yang mampu berpikir besar untuk kepentingan yang lebih besar, yakni bangsa dan negara," ujarnya. Sebagian besar politikus di Indonesia, lanjut Buya, lebih banyak menyibuk kan diri untuk mengejar kepentingan pragmatisme jangka pendek dan sangat sedikit yang mau berpikir jauh untuk kepentingan bangsa Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Kendati demikian, Buya tetap menaruh harapan, terutama pada kalangan muda untuk tetap merawat pluralisme. Tanpa mau menyebut nama, dia melihat ada semangat dan sifat negarawan seperti yang ditunjukkan KH Hasyim Muzadi, dalam diri sebagian pemuda.

"Anak-anak muda yang pluralis itu ada. Mereka masih aktif pada beberapa lembaga kajian sosial dan kebudayaan," ujarnya tanpa mau merinci lebih jauh. Harapan serupa juga dikatakan Zuhairi Misrawi. "Saya optimistis semangat keislaman yang rahmatan lil alamin masih akan terus terjaga. Jadi, patah tumbuh hilang berganti, regenerasi akan terus terjadi dan terus berlanjut," ujar tokoh muda NU tersebut.


Terinspirasi Hasyim

Lewat cuitan-cuitannya di Twitter atau dalam berbagai forum diskusi, Zuhairi termasuk tokoh yang getol menyuarakan pluralisme. Tokoh muda lainnya yang juga konsisten merawat keberagaman ialah Ridwan Kamil dan Yudi Latif. Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, bahkan memperoleh penghargaan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, pada Kamis (17/3), lalu atas konsistensinya dalam menjamin hak kebebasan beragama dan berkeyakinan.

"Saya juga terinspirasi KH Hasyim Muzadi," kata Wali Kota Bandung yang diusung Partai NasDem dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat mendatang. Menurutnya, Hasyim merupakan ulama karismatik karena mampu memberi kesejukan bagi semua masyarakat. Pujian serupa dikatakan Yudi.

"Dalam beberapa hal beliau (Hasyim) tegak lurus dengan prinsip keyakinannya, tanpa harus menjadi fanatik, di saat yang sama juga membangun dialog dengan pihak-pihak yang berbeda," ujar Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan-Indonesia (PSIK-Indonesia) dan Direktur Eksekutif, Reform Institute ini. Dalam menyikapi merebaknya tindakan intoleran akhir-akhir ini, baik Zuhairi, Emil, maupun Yudi sepakat bahwa hal itu hanyalah riak kecil yang terjadi di Jakarta.

"Kalau kita lihat dalam kontestasi pilkada DKI Jakarta, ini menjadi ujian kesejatian mereka. Siapa yang sungguh jujur menjadi pembela kemajemukan dan siapa yang hanya menjadikan pluralisme sebagai topeng. Ketika diuji, malah berpihak kepada kelompok intoleran. Publik yang akan menilai," tegas Yudi. (AU/FU/Nov/BY/RZ/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya