Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
"Mari masuk, duduklah sini," sapa hangat disampaikan Matheus Skoa, 43, warga Wini, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, kepada saya saat mengunjungi rumahnya, Rabu (4/11).
Desa Wini jaraknya tidak jauh dengan perbatasan Timor Leste. Hanya jalan kaki beberapa ratus meter sudah sampai ke perbatasan Indonesia-Timor Leste.
Matheus kemudian memperlihatkan sejumlah sapi yang tampak kurus karena dampak kemarau panjang. Rumput-rumput mengering. Sumur bor di rumahnya juga hanya meneteskan air dalam volume kecil. Ia dan keluarganya pun terpaksa tidak mandi beberapa hari.
Matheus memilih menetap di Indonesia saat Timor Leste memisahkan diri dari NKRI pada 1998. Ia memuji pelayanan BPJS kesehatan di desanya. Selama ini ia dan warga lainnya bila berobat harus ke Kota Atambua atau Kefamenanu.
Ia pun berharap layanan pendidikan ditingkatkan meskipun di perbatasan sudah ada empat sekolah dasar, dua sekolah menengah pertama dan satu sekolah menengah kejuruan.
Tetangganya Robbianus Kebo, 30, mengaku harus berpisah dengan ibunya saat Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia. Ibunya memilih tinggal di Timor Leste, sedangkan ia menetap di NTT.
Sebulan sekali ia menengok ibunya, melewati jalur resmi karena tidak mau berurusan dengan aparat. Diakuinya, banyak jalur tikus di sekitar perbatasan. Umumnya orang melintas ke situ untuk menyelundupkan sembako dan minyak. Maraknya penyelundupan karena biaya hidup dan pangan lebih mahal.
Meski hidup sederhana, Matheus dan Robbi tetap memilih tinggal dan mencintai Indonesia karena semakin membaiknya pelayanan untuk masyarakat.
Untuk mencegah penyelundupan, TNI terus melakukan operasi patroli sepanjang 8 km di enam patok perbatasan. Komandan Kompi PLBN (Pos Lintas Batas Negara) Wini yang berjaga di wilayah barat, Kapten Hendriyana dari Kostrad Yon Armed 11, membenarkan adanya penyelundupan sembako karena perbedaan harga. Satu karung beras di NTT Rp350 ribu, di Timor Leste Rp450 ribu.
Untuk meningkatkan perekonomian warga, TNI membina dan melatih 21 kelompok masyarakat untuk mengolah jambu mete yang cukup banyak di daerah itu. Selama ini warga hanya menjual mete mentah dengan harga Rp13 ribu per kg. “Dengan diolah harga mete bisa Rp90 ribu per kg," kata Staf Teritorial PLBN Wini, Lettu Inf Darul Ulum. (Erandhi HS/N-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved