Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
KEBIJAKAN Gubernur Jawa Barat (Jabar) yang menambah jumlah rombongan belajar (rombel) dari 35 menjadi 50 siswa mulai dikelukan oleh peserta didik yang merasa tidak nyaman atau kepanasan saat mengikuti pelajaran, apalagi pasa sekolah yang memiliki ruang kelas yang sempit.
Menyikapi keluhan yang muncul, Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengizinkan SMA dan SMK yang jumlah rombel bertambah menjadi 50 siswa untuk belajar di luar ruangan kelas atau outdoor.
“Saat ini memang muncul keluhan siswa mengenai ruangan kelas yang terasa lebih panas akibat bertambahnya jumlah rombel. Karenanya, sekolah harus bisa beradaptasi dalam menyikapi kebijakan penambahan rombel dari 35 siswa menjadi rombel 50 siswa tersebut agar siswa tidak kepanasan,” ungkap Kepala Disdik Jabar Purwanto Rabu (6/8).
Menurut Purwanto, sekolah yang rombelnya bertambah menghadapi kendala, karena kelasnya terlalu sempit, tetapi sebenarnya proses pembelajaran bisa melalui berbagai cara. Salah satunya melalui konsep outing kelas, sehingga para siswa tidak merasa kepanasan saat mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM), karena ruang kelasnya terlalu penuh.
“Disdik mempersilakan sekolah untuk melaksanakan KBM di luar kelas, karena pada dasarnya proses pembelajaran siswa dapat dilaksanakan di mana saja, tetapi dengan catatan harus sesuai materi dari mata pelajaran yang ditempuh,” jelasnya.
Misalnya kata Purwanto, pada mata pelajaran biologi yang dapat dilaksanakan di luar kelas, agar para siswa dapat mengenal secara langsung jenis-jenis tumbuhan maupun mahluk hidup lainnya. Bahkan, Purwanto mendorong guru-guru untuk mulai merancang metode pembelajaran yang lebih kontekstual, sehingga tidak hanya beraktivitas di dalam kelas, namun mulai merambah ke luar kelas.
“SMA dan SMK seharusnya mulai menerapkan pola pembelajaran semacam itu untuk mengantisipasi para siswa merasa bosan di dalam kelas. Jadi, kalau sudah jenuh, boring, atau panas di kelas, harus divariasikan di luar kelas, dan ini yang dinamakan pembelajaran modern, sehingga tidak melulu di kelas,” tuturnya.
Sebelumnya Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi menyatakan kebjikan menambah rombel menjadi 50 siswa disebabkan, provinsi yang dipimpinnya masih kekurangan sekolah SMA dan SMK, terutama di kota-kota besar.
“Masalah utama pendidikan di Jabart adalah minimnya pembangunan sekolah dan ruang kelas di masa lalu. Belanja pemerintah provinsi pada periode sebelumnya lebih banyak dialokasikan untuk bidang teknologi informasi (TI), sementara pembangunan sekolah baru hanya mencapai 38 unit,” bebernya.
Menurut gubernur, belanja TI mengacu pada pembelian perangkat keras, perangkat lunak dan layanan lainnya terkait dengan TI, yang diperlukan untuk mendukung operasi dan tujuan organisasi. Sedkan daerah-daerah yang kekurangan sekolah itu adalah Kota Bandung, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kota Bogor.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengaku menerapkan kebijakan jumlah rombongan belajar (rombel) per kelas 50 orang semata-mata untuk memprioritaskan akses pendidikan anak.
FORUM Sekolah Swasta menggugat Pemerintah Provinsi dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ke soal rimbongan belajar (rombel). Dedi Mulyadi menjawab gugatan tersebut
Penambahan rombel ini, dilakukan karena terdapat sekitar 197.000 anak di Jabar yang berpotensi tidak melanjutkan atau putus sekolah.
Penambahan rombel juga hanya diterapkan di sekolah tertentu yang siswa-siswinya masuk kategori miskin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved