Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
DANAU Toba yang merupakan danau vulkanis terbesar di dunia menyimpan sejuta misteri di dalamnya. Hal itu mulai dari kisah-kisah metafisika yang melegenda, sampai sejarah letusannya yang mengubah dunia.
Danau yang terbentuk dari letusan gunung 74.000-an tahun silam itu mengandung banyak sekali fenomena ilmiah yang menunggu selama ribuan tahun untuk diungkap satu per satu. Dahsyatnya proses kebumian yang dialami oleh danau inilah yang kemudian membuatnya layak menjadi salah satu situs Taman Bumi (Geopark) yang telah mendapat pengakuan dunia (UNESCO) yang disebut sebagai Geopark Kaldera Toba, Danau Toba.
Proses kebumian selama ribuan tahun ini tentu sangat menarik untuk disingkapkan oleh berbagai disiplin ilmu. Spirit penyingkapan fenomena ilmiah kebumian dan perairan inilah yang mengilhami Institut Teknologi Del (IT Del) dan Hidrokinetik Indo Pacific untuk mengambil langkah strategis dan berjangka panjang meneliti Danau Toba lebih lanjut.
“Saya berkali-kali sampaikan, dan hal ini pernah juga disampaikan oleh salah seorang ilmuwan dari Amerika, bahwa Danau Toba itu adalah laboratorium terbesar di dunia. Jadi penelitian Toba yang telah diinisiasi ini sangat baik buat dunia riset Indonesia dan saya dukung penuh untuk keberlanjutannya!”, ungkap Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Republik Indonesia sekaligus Ketua Dewan Pembina Yayasan Del, yang ditemui bersama para stakeholders IT Del, beberapa waktu lalu di Institut Teknologi Del, Laguboti, Kabupaten Toba, dikutip, Selasa (29/7).
Tim yang terdiri dari civitas akademika IT Del dan pimpinan Hidrokinetik Indo Pacific memaparkan sebuah pilot project atau proyek pendahuluan survei dan pemetaan kebumian bawah air Danau Toba. Itu dengan menggunakan teknologi gelombang akustik dan seismik, dengan peralatan single-beam echosounder, positioning system (GPS), sub-bottom profiler, water Sampler, dan grab sampler di area yang telah ditentukan.
Setidaknya terdapat tiga hal penting yang menunjukkan adanya sebuah penyingkapan faktual di bawah air Danau Toba. Pertama, kedalaman yang ekstrem dan kemiringan topografi dasar danau yang tajam. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Danau Toba memiliki kedalaman hingga ratusan meter.
Meskipun bukan pihak pertama yang mendapati nilai kedalaman sesungguhnya danau ini, pusat studi secara meyakinkan merekam variasi data kedalaman danau dari 2 meter di tepi danau hingga 423 meter ke bagian tengah danau. Variasi kedalaman ekstrem ini menunjukkan adanya kemiringan topografi dasar danau yang curam di Danau Toba.
Kedua, anomali atau ketidaknormalan suhu air danau dari permukaan ke dasar danau. Terkait hal ini, memang tidak dapat langsung dibandingkan secara langsung antara perairan laut dan danau, khususnya Danau Toba.
Namun, berdasarkan pengalaman para peneliti, jika kita mengukur profil suhu air perairan laut, pada permukaan air kita akan mendapati suhu yang relatif standar, dan pada setiap kedalaman 10 meter, akan terjadi penurunan suhu air sebesar 1 derajat Celsius.
Jadi, jika kedalaman air adalah 400 meter, besar kemungkinan suhu udara di dasar perairan itu mendekati nol derajat Celsius. Tetapi berbeda kasusnya dengan perairan di Danau Toba.
Pada permukaan air suhunya sekitar 27 derajat celsius, dan terus menurun sampai pada kedalaman 200 meter. Alih-alih menurun sampai ke suhu lebih rendah, tapi justru berbalik sedikit naik dan stabil pada kisaran 23 derajat celsius dari kedalaman 200 meter sampai 400 meter.
Ini adalah fenomena yang sangat menarik dan studi lebih lanjut mutlak dibutuhkan untuk menyingkapkan bagaimana fenomena ini bisa terjadi. Apakah memang di bawah dasar Danau Toba masih terdapat aktivitas panas bumi yang diakibatkan oleh vulkanis.
Temuan terakhir, terdapat keunikan struktur sedimen atau endapan dasar danau yang membawa kepada penyingkapan indikasi keberadaan sungai purba (primordial channel) di bawah dasar danau. Hal ini tentu fenomena kebumian yang tak kalah menarik.
Di lapisan bawah dasar Danau Toba terdapat sungai purba yang jika diteliti lebih dalam akan membuka banyak fenomena yang lebih besar lainnya. Namun jika merujuk ke salah satu tangkapan layar dari hasil pemrosesan data penelitian pusat studi, ditemukan bahwa endapan lumpur dan pasir (clayed silt & sand) memiliki ketebalan antara 15 sampai 30 meter.
Dan di bawah lapisan endapan inilah sungai purba yang dapat ditelusuri jalur-jalur dan jaringannya. Mirza Hamza, Chief Technical Officer dari Hidrokinetik Indo Pacific, dalam pemaparan penelitian ini menjelaskan bahwa pihaknya sudah tahu bahwa panas bumi ada di kawasan Danau Toba. Itu diakibatkan oleh residu dari letusan vulkanis ribuan tahun silam.
“Namun apalagi yang kita punya? Kami, sebagai perwakilan dunia industri bersama dengan IT Del sebagai akademisi dan para ahli kebumian, sangat antusias untuk melakukan studi-studi selanjutnya yang lebih komprehensif, dan siap memberikan informasi detil kepada kita semua terkait misteri Danau Toba ini,” katanya.
Sebagai pionir penelitian menyeluruh Danau Toba, Dr. Arnaldo Sinaga selaku Rektor IT Del menandaskan bahwa pihaknya yang didukung oleh Hidrokinetik Indo Pacific siap untuk melanjutkan studi ini lebih mendalam dengan berbagai kombinasi keilmuan. Di luar fenomena kebumian, bersama Hidrokinetik dan para ahli yang kami miliki secara khusus dengan TSTH2 Del (Taman Sains dan Teknologi Herbal dan Hortikultura Institut Teknologi Del) pun dapat melakukan sampling mikroorganisme dan vegetasi di dasar Danau Toba.
Itu untuk dapat dilakukan genome-sequencing yang pada akhirnya dapat meningkatkan wawasan akan potensi pangan yang dihasilkan dari sekitar Danau Toba. Kemudian Yanes David Sidabutar, Direktur Hidrokinetik Indo Pacific, memaparkan terkait hal ihwal penelitian ini. Penelitian fisik bawah air Danau Toba ini merupakan langkah awal yang strategis yang berpotensi membuka kotak pandora atau misteri-misteri ilmiah di Danau Toba.
Menurut dia, tiga poin temuan anomali yang dijabarkan dalam penelitian awal ini sudah mengubah paradigma kita tentang Danau Toba, dan ini pastinya membuat publik bertanya-tanya lagi tentang apa yang menyebabkan adanya anomali kenaikan suhu di dasar Danau Toba.
“Kenapa sedimen/endapan lumpur/tanah liat dan pasir begitu tebal di dasar danau? Bagaimana proses terbentuknya sungai purba di bawah dasar Danau Toba? Dan masih banyak lagi pertanyaan berikut yang akan sangat menarik untuk disingkapkan dalam penelitian lanjutan kami di masa yang akan datang,” pungkasnya. (Cah/P-3)
Penyebab kekeruhan air Danau Toba kemungkinan dikarenakan adanya perputaran air akibat angin kencang yang menyebabkan air di dasar beserta endapannya naik ke permukaan.
Ruas tol Kutepat yang juga merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) akan memangkas waktu tempuh dari Medan menuju Danau Toba yang semula enam jam menjadi hanya dua jam.
Pemkab akan memberikan pelatihan bagi masyarakat untuk mengolah eceng gondok menjadi pupuk organik maupun menjadi kerajinan tangan.
Audi Sitorus menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Toba siap mendukung hal-hal yang sifatnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan yang baik juga bisa memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di sekitar kawasan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved