Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Produsen Tertekan, Ekonom Sumut Minta Pemerintah Naikkan HET Beras

Yoseph Pencawan
22/7/2025 21:37
Produsen Tertekan, Ekonom Sumut Minta Pemerintah Naikkan HET Beras
Inspeksi mendadak (sidak) KPPU Kanwil I Medan bersama Disperindag ESDM Sumut dan Bulog di salah satu kilang beras premium di Deliserdang, Senin (21/7).(MI/Yoseph Pencawan)

KALANGAN ekonom di Sumut meminta pemerintah menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras. Usulan ini disampaikan menyusul temuan produsen kesulitan memproduksi beras karena harga gabah terus naik.

"Jika HET tidak dinaikkan, maka produsen akan beralih menjual beras curah tanpa standar mutu," kata Gunawan Benjamin, Ekonom dari Universitas Islam Sumatera Utara, Selasa (22/7).

Dia mengatakan, inspeksi bersama KPPU Kanwil I Medan, Disperindag Sumut dan Bulog menemukan produsen beras premium berhenti beroperasi akibat ketiadaan bahan baku. Produsen menyebut mahalnya harga gabah membuat produksi tidak bisa memenuhi HET yang berlaku.

Saat ini, HET beras premium di Sumatera Utara sebesar Rp15.800 per kilogram, sedangkan HET beras medium sebesar Rp15.300 per kilogram. Di sisi lain, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani selama sepekan terakhir menyentuh Rp8.000 per kilogram.

Jika GKP dikeringkan menjadi gabah kering giling (GKG), harganya bisa mencapai Rp9.000 per kilogram. Dengan konversi maksimal 55%, harga beras yang dihasilkan bisa mencapai Rp16.200 per kilogram.

Menurut Gunawan, harga akan lebih mahal jika rasio konversi lebih rendah. Penggilingan kecil dengan mesin berkualitas rendah hanya menghasilkan konversi 48% hingga 52%.

Produsen masih mendapat pemasukan dari penjualan sekam padi. Karena itu saat harga GKG Rp8.000 per kilogram, harga beras dari kilang bisa ditekan di angka Rp15.300 per kilogram.

Pemerintah sebelumnya menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah ke level Rp6.500 per kilogram. Pemerintah juga memastikan harga jual gabah di tingkat petani minimal sesuai HPP.

Namun, kata Gunawan, HET belum dinaikkan untuk menyesuaikan dengan kenaikan harga gabah. Hal ini mempersulit produsen menjaga standar mutu beras medium dan premium.

Produsen akhirnya memilih menjual beras curah yang tidak memiliki label mutu dalam kemasan. Masyarakat juga akan cenderung membeli beras curah dengan harga lebih murah.

Kualitas beras curah sebenarnya tidak jauh berbeda dari beras medium atau premium. Perbedaan hanya tampak dari warna, jumlah patahan dan bau.

Semua jenis beras tersebut berasal dari varietas tanaman padi yang sama. Dan untuk mengetahui perbedaan lebih detail diperlukan pengujian laboratorium.

BPS mencatat Sumut berada di peringkat ketujuh provinsi penghasil beras di Tanah Air pada 2023 dengan produksi GKG sebanyak 2,09 juta ton. Adapun daerah-daerah sentra beras di Sumut antara lain Kabupaten Deliserdang, Serdangbedagai, Labuhanbatu, Tapanuli Tengah dan Padanglawas Utara. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya