Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KUALITAS air yang dikelola Perusahaan daerah air minum (PDAM) Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, dinilai tak laik konsumsi.
Pasalnya, saat ini kondisi airnya cenderung keruh, berlumpur, dan berkapur, tidak laik minum dan tidak masuk dalam kategori bersih dan higenis.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Lembata, Ciku Namang. Menurutnya, air PDAM yang tak laik konsumsi ini
terutama berlangsung di musim penghujan. Hal ini kemudian memunculkan spekulasi bahwa PDAM tidak memiliki teknologi penyaringan air hingga menghasilkan kualitas air baku higienis.
"Saya pertanyakan kualitas layanan air PDAM. Air berlumpur dan berkapur, tidak layak minum dan tidak masuk dalam kategori bersih dan higenis, khusus daerah Berdiakari Selatan sampai Woloklaus," ujar Wakil Ketua DPRD Lembata, Ciku Namang, kepada Media Indonesia, Senin (17/2).
Namang menandaskan, kondisi ini jauh dari Visi dan Misi PDAM Lembata.
Adapun Visi PDAM Kabupaten Lembata adalah menjadikan PDAM sebagai badan usaha milik daerah yang modern, mandiri, dan memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Misi PDAM Kabupaten Lembata adalah: Meningkatkan Profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan dengan melakukan evaluasi berkala dan berkelanjutan terhadap sumber daya yang ada, meningkatkan kualitas layanan menjadikan layanan PDAM yang berkarakter dan berbasis skill, pengetahuan, dan attitude, pembenahan jaringan distribusi dengan pembagian kawasan/zona yang mengacu pada karakteristik topografi, digitalisasi sistem pelayanan dan operasional untuk mencapai asas pengelolaan air minum yang meliputi kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan keterjangkauan harga, memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam turut serta membangun Kabupaten Lembata.
"Kalau alasan musim hujan berarti PDAM tidak punya teknologi penyaringan air. Cuma sorong pipa di mata air lalu pasang meteran ke rumah-rumah warga," ujar Ciku Namang.
Ia khawatir, jika dibiarkan berlanjut, membahayakan kesehatan warga di Kota Lewoleba.
Sementara itu, Direktur PDAM Kabupaten Lembata, Lambertus Ola Hara kepada Media Indonesia mengaku, pihaknya tidak memiliki teknologi penyaringan air. Setahun lalu pihak PDAM Lembata sudah mengusulkan pengadaan instalasi Pengolahan Air (IPAM) ke Pemerintah, hanya dana daerah masi terbatas.
Karena itu, pihak PDAM menegaskan, setelah hujan, pihaknya baru bisa membersihkan mata air secara manual.
Disebutkan, pihaknya menyusun angggaran untuk pengadaan IPAM dengan kapasitas kecil, memakan anggaran hampir Rp2 miliar. Hitungan teknisnya nanti tergantung kapasitas dan cakupan layanannya. (PT/E-4)
DPRD Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, memunculkan dua rekomendasi kepada Bupati Lembata sebagai solusi dari kisruh antara Direktur PDAM dan Suku Wutun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved