Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Misa Natal di GPIB Maranatha, Bukti Kentalnya Toleransi Beragama Pangkalpinang

Rendy Ferdiansyah
25/12/2024 16:21
Misa Natal di GPIB Maranatha,  Bukti Kentalnya Toleransi Beragama Pangkalpinang
Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Maranatha Pangkalpinang berdampingan dengan Masjid Kubah Timah.(MI/Rendy Ferdiansyah)

MISA Natal di Pangkalpinang, Bangka Belitung (Babel), berlangsung khusuk dan damai sekaligus menunjukkan kentalnya kerukunan antarumat beragama di daerah itu.

Hal itu terlihat dari misa Natal yang diadakan di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Maranatha Pangkalpinang, yang letaknya berdampingan dengan Masjid Kubah Timah.

Ibadah di gereja dekat masjid tu, dimulai dengan mMisa yang dipimpin pendeta Inri Maurent Nikijuluw, dan dihadiri oleh banyak jemaat yang datang dengan penuh sukacita.

Dalam khotbahnya, Pendeta Inri Maurent menyampaikan pesan damai dan cinta kasih yang menjadi inti dari perayaan natal, serta pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama di tengah keberagaman yang ada.

Pendeta Inri Maurent Nikijuluw mengatakan, Gereja GPIB Maranatha ini sendiri merupakan bangunan bersejarah. Ciri khas bangunan gereja ini adalah menara jam yang menjulang setinggi 30 meter. Di lantai tiga menurutnya terdapat mesin jam, yang merupakan buatan langsung pabrik dari Belanda.

Ia menyebutkan GPIB Maranatha yang berhadapan dengan alun-alun Lapangan Merdeka dan rumah dinas Wali Kota Pangkalpinang adalah bangunan tua peninggalan Belanda.

Ia menyebutkan gereja ini juga penanda titik nol kilometer untuk wilayah Pulau Bangka. Menurut catatan sejarah GPIB Maranatha ini,  dibangun pemerintah kolonial Belanda pada masa kepemimpinan Residen je Edie, pada 1926 hingga 1927 Masehi.

"Hampir 100 tahun lamanya, bangunan yang kini ditetapkan sebagai cagar budaya tersebut, masih berdiri kokoh dan masih berfungsi sebagai mana mestinya," katanya.

Ia menceritakan, corak warisan sejarah masih terlihat jelas dari bagian bangunan ini, seperti dinding setebal tiga puluh sentimeter yang dibuat berundak, dengan menggunakan bebatuan granit.

"Terdapat banyak jendela di sepanjang dinding yang kondisinya masih bagus, dan adanya ventilasi pada dinding bagian bawah, yang dapat membantu sirkulasi udara saat jemaat dalam posisi duduk," ujarnya.

Ia mengatakan perayaan Natal ini menjadi contoh nyata bahwa meskipun berbeda keyakinan, kedamaian dan rasa saling menghargai tetap bisa terjaga di Pangkalpinang.

Momen berharga ini diharapkan dapat menginspirasi banyak orang, untuk terus membangun kerukunan dalam masyarakat khususnya bagi tempat ibadah yang berdekatan.

Perayaan Natal tahun ini di Pangkalpinang bukan hanya sekadar peringatan spiritual, tetapi juga sebuah pernyataan komitmen untuk hidup berdampingan dalam harmoni. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya