Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BOCAH pemanjat dan penyelamat bendera merah putih saat upacara 17 Agustus 2018 silam di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Yohanes Ande Kala Marcal alias Joni, diundang Danrem 161/Wira Sakti Kupang, Brigjen Joao Xavier Barreto Rabu (7/8).
Joni yang kini berusia 20, diantar Babinsa Serka Duarte dari Desa Silawan, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu bertemu Danrem Wirasakti di Kupang setelah muncul pemberitaan yang menyebutkan dia tidak lolos seleksi prajurit TNI.
Baca juga : Wabah Rabies Menyebar ke Kabupaten Kupang, 4 Warga Meninggal
Pasalnya, pada 20 Agustus 2018 setelah Joni memanjat tiang untuk memperbaiki pengait tali agar bendera Merah Putih bisa berkibar, dia diundang ke Istana untuk bertemu Presiden Joko Widodo.
Ketika itu, Presiden mengatakan akan membantu Joni menjadi tentara. Akan tetapi, saat seleksi belum lama ini, Joni tidak lolos sehingga dia pulang ke rumahnya di Desa Silawan yang terletak di perbatasan RI-Timor Leste.
Joni gagal karena tinggi badannya hanya 155,8 cm, tetapi anak pasangan Victorino Fahik Marcal dan Lorensa Kai Ili kembali menagih janji presiden. "Kemarin masalahnya di tinggi badan, Joni tinggi badan hanya 155,8 sentimeter, sementara ada juga yang tinggi badannya 162,9 sentimeter tetapi tidak lolos juga padahal syaratnya 163 meter, ya kita tetap berpegang teguh pada syarat yang ada," ujar Brigjen Joao Xavier Barreto.
Baca juga : BI Optimistis The Fed Turunkan Suku Bunga di Triwulan IV
Untuk itu, Joni diundang ke Kupang agar diberikan pengarahan yang diharapkan pada seleksi berikutnya, ia bisa lolos menjadi prajurit. "Tujuan mengundang Joni ke Kupang untuk memberikan pengarahan dan terapi agar bisa menambah tinggi badan. Selain itu, diberikan kesempatan lagi untuk mengikuti tes ulang," jelasnya.
Selain itu, Danrem juga janji mengoptimalkan pembinaan kepada Joni, termasuk menyekolahkannya di Universitas Pertahanan di Atambua. "Saya akan bina dia, saya akan mempersiapkan dia nanti kemudian kita tanya dia, dia mau tes dimana kan kita ada Bintara, ada Tamtama dan ada Wamil, nah klau mau Wamil kita akan arahkan ke Universitas Pertahanan," tambahnya.
Keinginan Joni menjadi bagian dari prajurit TNI Angkatan Darat sangat kuat. Sayangnya, setelah terkena pasca menyelamatkan bendera, lanjut Danrem, tidak ada yang membina dia sejak dini agar mempersiapkan diri menjadi prajurit TNI.
Menurutnya, jika Joni gagal lagi saat tes Bintara karena masalah tinggi badan, dia akan disiapkan mengikuti tes di Universitas Pertahanan melalui jalur khusus untuk tes kejuruan atau keahlian pada akhir Agustus ini. "Untuk menjadi tentara tidak perlu lagi harus berada di medan perang, tetapi di bidang lain, seperti bagian kejuruan," ujarnya.
Adapun Joni berharap impiannya menjadi tentara bisa terwujud. "Mimpi saya tidak lebih, asalkan masuk TNI AD, melalui jalur tamtama maupun bintara. Yang penting tentara," kata Joni.(N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved