Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
REKTOR yang juga pakar kebencanaan Universitas Gadjah Mada, Prof Dwikorita Karnawati mengingatkan bencana banjir bandang yang terjadi di Garut, Jawa Barat, pekan lalu, bukanlah yang terakhir. Ia memperkirakan akan ada bencana-bencana serupa yang terjadi, karena itu ia mengimbau warga untuk selalu punya kesiapsiagaan bencana.
"Masih ada dan banyak yang seperti Garut. Kejadian ini masih akan terus terjadi selama musim hujan," kata dia di Ruang Sidang Pimpinan Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada, Senin (26/9).
Dwikorita mengatakan, banjir bandang di Garut tidak terhindarkan karena beberapa faktor. Pertama, karakteristik Garut yang seperti mangkuk dikelilingi tujuh gunung dan lokasi pertemuan dua daerah aliran sungai. Artinya, air yang berasal dari tujuh gunung akan mengalir ke arah Garut.
Dengan geografis seperti itu, curah hujan di hulu dengan intensitas mencapai 255 ml dalam tiga jam membuat banyak air yang turun. Selain itu, sebelumnya juga sudah terjadi hujan sehingga tanah sudah jenuh menyerap air.
Ia menambahkan, dari penelitian di lokasi, juga ada faktor lain yang menyebabkan banjir bandang, seperti sedimentasinya yang sudah terlalu tinggi, penggunaan lembah sungai untuk permukiman, dan semakin luasnya pembukaan lahan untuk pertanian di lereng-lereng gunung.
Untuk jangka panjang, lanjut dia, peninjauan ulang tata guna lahan harus segera dilakukan. Pasalnya, di Garut perkampungan-perkampungan didirikan di lembah sungai.
"Disarankan juga untuk membuat embung-embung di daerah aliran sungai di bagian atas," kata dia. Harapannya limpasan air tidak langsung menuju hilir, tetapi tertampung dulu di embung-embung tersebut.
Di bagian hulu, lanjut dia, juga harus dibuat rekayasa sosial-ekonomi agar pertanian sayur-sayuran di hulu bisa dikendalikan. Misalnya, dengan mengganti tanaman sayur-sayuran dengan tanaman bernilai ekonomis lain yang bisa mengantisipasi banjir bandang atau tanah longsor, seperti kopi, lada, dan tanaman keras.
Sementara itu, dari sisi warga, ia menyarankan agar ada kesiapsiagaan menghadapi bencana. "Tidak harus dengan alat sensor, tapi dengan kepekaan manusia dalam ilmu titen, mengetahui tanda-tanda akan terjadi banjir bandang," kata Dwikorita. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved