Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Seorang Warga Meninggal Tertimbun Longsor di Cisompet Garut

Kristiadi
23/9/2022 17:31
Seorang Warga Meninggal Tertimbun Longsor di Cisompet Garut
Petugas membersihkan material lumpur dan tanah di Desa Sirnabakti, Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/10/2020).(ANTARA/Candra Yanuarsyah)

HUJAN deras yang menguyur beberapa wilayah di Jawa Barat, menyebabkan sebuah tebing setinggi 10 meter di Kampung Cibitung, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, longsor. Akibat cuaca ekstrem itu, beberapa lokasi juga tergenang banjir.

Peristiwa tersebut terjadi, Kamis (22/9), yang menyebabkan seorang warga meninggal tertimbun material longsor, dan seorang lainnya luka-luka.

Kapolsek Cisompet AK Hilman Nugraha mengatakan, hujan deras yang terjadi semalaman telah menyebabkan sebuah tebing di Kampung Cibitung longsor hingga menimpa bangunan rumah yang ditempati pasangan suami istri dan mengakibatkan satu orang meninggal yakni Iyom, 64.

Sedangkan suami Iyom, Pardi, 70, hanya mengalami luka-luka. Ketika dievakuasi tim gabungan dari longsoran, Pardi hanya mengalami luka pada bagian kening.

"Longsor yang terjadi karena hujan deras semalaman dan menyebabkan satu orang korban meninggal di lokasi kejadian, setelah rumah yang ditempati pasangan suami istri itu tertimbun. Tim gabungan dari polisi, TNI, BPBD, Tagana, dan warga berhasil mengevakuasi satu korban lainnya dan langsung dilarikan ke Puskesmas Cisompet," kata Hilman di Cisompet, Jumat (23/9).

Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut Nurdin Yana mengatakan, banjir dan longsor yang terjadi di wilayah selatan Garut bukan hanya disebabkan intensitas hujan tetapi kondisi hutan yang seharusnya menjadi daerah resapan air masih rusak dan belum tertangani dengan baik sampai sekarang.

Menurut Nurdin, kerusakan di kawasan hutan atau di hulu Sungai Cipalebuh memang masih menjadi persoalan.


Baca juga: Simulasi Tanggap Darurat Kembali Dihelat Semen Gresik


"Bencana yang menerjang Garut pada Kamis (22/9) malam menjadi pemicu terjadi bencana serupa pada 2020 lalu, saat banjir bandang menerjang Garut Selatan. Namun, masalah kehutanan kewenangannya ada di pemerintah provinsi dan pusat, karena di daerah selama ini tidak diperkenankan melakukan perbaikan hutan termasuk rehabilitasi lahan. Tidak bisa masuk memperbaiki, kalau masuk malah bisa bermasalah karena bukan kewenangannya," katanya.
 
Nurdin mengatakan, pada 2020 kejadian banjir bandang di Garut Selatan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat itu, Doni Monardo, sempat melakukan pemantauan udara terkait kondisi hutan dan sempat mengisyaratkan kekecewaan. Karena kondisi hutan yang rusak namun kegiatan penanaman masih kecil.

Bencana yang terjadi saat ini pun masih berada di lokasi yang sama meski tidak lebih parah.

"Bencana yang telah terjadi karena kegiatan rehabilitasi lahan hutan belum maksimal dan belum berjalan secara fungsional. Kejadian ini karena masih rendahnya resapan air di kawasan konservasi, reboisasi dilakukan masih kurang dan gerakan (reboisasi) ada tapi belum membuahkan hasil yang diharapkan," ujarnya.

Menurut Nurdin, Pemkab Garut sejauh ini sudah meminta bantuan terutama dampak dari luapan Sungai Cipalebuh bisa diminimalisasi dan mengajukan bantuan untuk penembokan di sekitar sungai agar lebih tinggi sehingga tidak ada loncatan air ke perkampungan warga.

Ia mencatat banjir dan longsor kali ini terjadi di Kecamatan Pameungpeuk, Singajaya, dan Cisompet. Berdasarkan laporan terakhir, ada lima desa terdampak di Cisompet dengan satu rumah tertimbun longsor dan satu orang meninggal.

"Di Singajaya, jalan alternatif Girimukti penghubung Kecamatan Singajaya menuju Kecamatan Cihurip terputus sepanjang 100 meter," paparnya. (OL-16)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya