Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BUPATI Flores Timur ke-7 Antonius Hubertus Gege Hadjon mengunjungi PT Tigate Trees Indonesia, di Desa Waibao, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Selasa (26/7).
Kunjungan pria yang kerap disapa Anton Hadjon itu untuk memenuhi undangan dari pihak perusahaan untuk bertemu dan bertatap muka bersama owner PT Tigate Trees Indonesia, Mr Ben dan temannya.
Dalam moment tatap muka, Anton Hadjon menegaskan meski tidak lagi menjabat sebagai Bupati, dirinya bertanggung jawab secara moril atas kehadiran PT Tigate Trees Indonesia di Flotim, baik terhadap perusahaan maupun masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah Desa Waibao.
Baca juga: Spot Wisata Eksotis di Flotim Terbakar
“Secara moril, saya sangat bertanggung jawab atas kehadiran perusahaan ini di sini, terhadap perusahaan maupun terhadap masyarakat, khususnya di wilayah Desa Waibao,” tegasnya.
Anton Hadjon, yang juga merupakan Ketua Dewan Pimpinan Cabang PDI-P Kabupaten Flotim, menuturkan kala pertama kali pihak PT Tigate Trees Indonesia datang bertemu dan meminta untuk berinvestasi, oleh karena bahan baku yang dibutuhkan pihak perusahaan seperti mente, pisang, papaya, nenas, kelapa, sorgum, jeruk nipis, kacang tanah, cukup ada di Flotim. Karenanya, dirinya mengiyakan dengan syarat perusahaan harus ada di Flores Timur.
Saat ini, sudah dua tahun berjalan perusahaan ini sudah memproduksi buah kering di Flores Timur yang mana kebutuhan masing-masing jenis di atas 40 Ton per tahunnya, di luar mente.
Hal itu kemudian disepakati pihak perusahaan sehingga perusahaan meminta agar disediakan lahan untuk dibangun perkebunan. Dengan demikian maka perusahaan ada di Flotim.
Sehingga dalam satu kesempatan saat dirinya berkunjung ke Bali, dirinya menyempatkan diri untuk meninjau PT Tigate Trees Indonesia yang ada di daerah Sukadana, Denpasar-Bali.
“Saya, sebagai Bupati, harus memastikan seperti apa PT Tigate Trees Indonesia itu. Pertemuan-pertemuan formal terkadang untuk berbicara ide dan konsep dengan luas. Tetapi dengan pertemuan-pertemuan non formal, bisa memunculkan banyak hal yang memastikan sesuatu terjadi,” ungkap Anton Hadjon.
“Saya membayangkan, bagaimana kalau mente di Waibao itu berbuah. Kita tentu berharap pihak perusahan dapat mempertimbangkan keberadaanya di Flores Timur, tidak hanya menyiapkan bahan baku dan bahan setengah jadi, tetapi lebih daripada itu mempertimbangkan keseluruhan proses produksi terjadi di Flores Timur,” lanjutnya.
Lebih lanjut, pihak PT Tigate Trees Indonesia yang diwakili oleh owner-nya, Mr Ben, mengungkapkan bahwa kehadiran perusahaannya di Flotim ini sudah melalui proses yang sangat panjang. Sehingga pembenahan manajemen dan didukung oleh pemerintah daerah dan pemerintah desa, serta dukungan masyarakat Desa Waibao sangat dibutuhkan untuk membangun tim yang solid.
“Tidak ada tim, tidak ada orang, tidak ada perusahaan, tidak ada keuntungan,” ungkap Mr Ben.
Dengan demikian, menurutnya, PT Tigate Trees Indonesia ada di Waibao Flores Timur ini untuk tinggal, tumbuh, dan berkembang. Sehingga dengan perusahaan yang sehat dan berkelanjutan kedepannya, bisa menyediakan lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja.
“Bagaimana perusahaan dan lahan ini bisa menghasilkan buah yang banyak, dan juga bisa menyerap tenaga kerja yang secukupnya,” ungkapnya.
Mr Ben pun mengapresiasi Anton Hadjon, yang saat itu menjabat sebagai Bupati Flores Timur. “Berkat dukungan dari Pak Anton Hadjon maka PT Tigate Trees Indonesia bisa ada di Waibao, Flores Timur,” ungkapnya dengan senyum. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved