Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Konsumsi Pangan Lokal di DI Yogyakarta Terus Ditingkatkan

Ardi Teristi Hardi
13/7/2022 14:38
Konsumsi Pangan Lokal di DI Yogyakarta Terus Ditingkatkan
ilustrasi inovasi bahan pangan lokal Singkong jadi mie(ANTARA FOTO/Aloysius Jarot N)

PEMERINTAH Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus berusaha meningkatkan konsumsi pangan lokal. Di sisi lain, petani muda dan penggunaan teknologi pertanian juga terus ditingkatkan.

"Kami tidak ada masalah untuk menggelontorkan dana APBD mendukung upaya pemenuhan pangan lokal sebagai komoditas tani yang mampu menopang ekonomi. Terpenting siapa yang mengonsolidasi dan membangun potensi menjadi sesuatu. Kami backup dengan APBD, ndak ada masalah APBD dipakai karena juga punya masyarakat Jogja. APBD milik masyarakat bukan milik pemerintah," kata Gubernur DIY Sri Sultan HB X dalam Festival Lumbung Mataraman bertajuk 'Gebyar Potensi Petani Milenial DIY', Selasa (12/7).

Ia menyebut, untuk menjaga dan memastikan kualitas produk pertanian, petani juga harus melek teknologi untuk membangun jaringan pemasaran. Untuk itu, sangat penting bagi para petani milenial untuk menggunakan teknologi guna membangun sistem pemasaran yang berkelanjutan dan peningkatan kualitas hasil taninya.

Pemda DIY akan terus mendorong dan memfasilitasi terkait standardisasi produk pangan. Verifikasi harus dilakukan terhadap produk yang akan dijual sehingga tidak asal jual produk. Sri Sultan pun menekankan pentingnya sistem penyediaan barang berkualitas yang kontinyu. Misalnya, setiap dua minggu ditarget ada transaksi senilai 50 ton beras, maka di minggu-minggu selanjutnya stok juga harus ada.

Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan DIY Sugeng Purwanto mengungkapkan tentang pentingnya upaya memaksimalkan potensi pangan lokal. Semua jenis bahan makanan bisa saling menggantikan sehingga tercipta diversifikasi pangan.

"Hal ini selain bisa memaksimalkan potensi pangan lokal, juga bisa menekan laju inflasi yang diakibatkan oleh salah satu bahan pangan," tuturnya.

Baca juga: Kementan Kembangkan Ganyong, Pangan Lokal Pengganti Beras dan Tepung Terigu

Berdasarkan data Bappeda DIY, jumlah konsumsi bahan pangan lokal seperti ubi kayu dan ubi jalar di DIY mengalami peningkatan setiap tahunnya. Konsumsi ubi kayu pada 2019 mencapai 7,20 kilogram/kapita/tahun, pada 2020 mencapai 8,30 kilogram/kapita/tahun dan 2021 mencapai 11,40 kilogram/kapita/tahun. Konsumsi ubi jalar pada 2019 mencapai 1,8 kilogram/ kapita/ tahun, pada 2020 mencapai 1,9 kilogram/kapita/tahun dan pada 2021 mencapai 2,4 kilogram/kapita/tahun.

Sugeng pun mengatakan, petani milenial diharapkan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi sehingga bisa menghadirkan kemudahan pada penyediaan layanan pemasaran pangan.

"Teknologi itu memberikan kemudahan untuk suplai komunitas. Pesanan bisa segera dipenuhi. Jagan sampai konsumen menunggu lama," kata  Sugeng.

Ia juga menyebut, pentingnya menyediakan juga alternatif pangan pilihan bagi konsumen sehingga tidak hanya terpatok dan fokus pada satu jenis pangan saja. Intinya, bahan pangan subtitusi itu juga penting.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik