Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
DI zaman media sosial seperti saat ini, sangat mudah ditemukan berita bohong atau hoaks. Kabar itu biasanya dibuat oleh orang atau kelompok yang berseberangan dengan pihak lain, misalnya pemerintah.
Karena itu masyarakat diimbau untuk tidak mudah begitu saja percaya dengan sebuah kabar yang belum dikonfirmasi pihak-pihak terkaiat atau belum jelas kebenarannya. Salah satunya tentang berita dugaan seorang bocah SD bernama Makilon yang tewas dianiaya oknum TNI di Distrik Sinak Kabupaten Puncak, Papua.
Baca juga: Otsus Papua Butuh Perbaikan Fundamental
"Saya sesalkan terjadinya fitnah atau berita bohong soal tewasnya anak SD di Papua akibat dianiaya anggota TNI. Tentunya hal tersebut sangat mengganggu harmoni dan ketenteraman sosial yang kini sedang dirawat oleh aparat dan masyarakat Papua," ujar Koordinator Aliansi Mahasiswa dan Milenial Indonesia, Nurkhasanah, dalam keterangannya, Senin (28/2).
Ia pun mengecam setiap perbuatan hoaks yang dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Ia berharap pelaku mendapatkan efek jera atas perbuatan tersebut. Dan bagi masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terhasut.
Ia juga berharap tidak terjadi lagi fitnah keji seperti ini tersebar, apalagi soal keadaan di Papua yang saat ini kedamaian sedang dijaga betul oleh pemerintah melalui pembangunan infrastruktur yang masif dan pendidikan terhadap anak-anak muda Papua.
"Bahkan dalam rangka menjaga kedamaian, aparat yang bertugas di Papua menjalankan program mengajar dan membantu membimbing anak-anak di sana dalam meraih impian di masa depan," pungkas Nurkhasanah.
Sebelumnya, Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Aqsha Erlangga menegaskan kabar dugaan seorang bocah SD tewas dianiaya oknum TNI di Distrik Sinak Kabupaten Puncak, Papua adalah berita bohong. "Berita itu hoaks," tegas Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Aqsha Erlangga dalam keterangannya, Minggu (27/2).
Ia mengungkapkan, pelaku penyebar berita hoax telah ditangkap yang diketahui berinisial DM. Salah satu oknum tenaga pengajar di salah satu sekolah di Sinak, Kabupaten Puncak, Papua.
Diketahui, kabar hoaks yang menyebut bocah SD tewas dianiaya oknum TNI disebar dengan menampilkan gambar upacara pembakaran jenazah. Gambar itu aslinya merupakan upacara pembakaran jenazah yang memang menjadi adat istiadat warga setempat, tapi gambar itu diubah oleh pelaku dengan menyebarkan berita bohong soal bocah SD tewas dianiaya oknum TNI.
"Pelaku DM telah mengakui bahwa dirinya merupakan orang yang mengirimkan foto pembakaran jenazah Makeloni Tabuni ke Grup Whatshapp KMPP (Komunitas Mahasiswa dan Pelajar Puncak). Komunitas ini beranggotakan alumni Mahasiswa yang berkuliah di Jayapura dan saat ini tersebar di seluruh tanah Papua, sedangkan DM berada di Sinak," tambah Aqsha Erlangga.
Dia mengungkapkan, pelaku DM hanya mengirimkan foto pembakaran di grup Whatshapp (WA). Namun dengan narasi yang tersebar di media sosial kemudian seolah jenazah yang dibakar adalah korban penganiayaan oknum TNI.
"Aparat keamanan yang dirugikan telah melaporkan MD atas pemberitaan yang melanggar UU. Kemudian MD akan diproses hukum oleh pihak yang berwenang terkait pelanggaran UU ITE yang dilakukannya sendiri," ungkap dia.
Kapendam pun berharap agar seluruh informasi yang beredar terkait satuan jajaran TNI AD di Papua dikonfirmasi kepada pihaknya sebelum disebar ke masyarakat. Pihaknya terbuka memberikan informasi.
"TNI AD sangat terbuka dengan seluruh kegiatan yang dilakukan di wilayah Papua. Oleh karenanya, apabila ada hal yang terjadi, bisa dikonfirmasi ke kami terlebih dahulu, sehingga berita terkonfirmasi, akurat dan dapat dipercaya serta tidak menimbulkan keresahan," tutup Kapendam. (RO/A-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved