Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Petugas Farmasi se-NTT Dilatih Jaga Kualitas Vaksin Covid-19

Palce Amalo
16/2/2022 14:23
Petugas Farmasi se-NTT Dilatih Jaga Kualitas Vaksin Covid-19
Puluhan petugas Instalasi Farmasi dan Pengelola Program Imunisasi se-NTT mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas pengelolaan vaksin covid.(MI/Palce Amalo)

PULUHAN petugas dari Instalasi Farmasi dan Pengelola Program Imunisasi kabupaten dan kota se-Nusa Tenggara Timur (NTT) mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas pengelolaan vaksin Covid-19 di Kupang, Rabu (16/2).

Pelatihan digelar bersama oleh Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT, Perwakilan UNICEF NTT dan NTB serya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Cabang Kupang. Tujuannya memberikan penguatan kepada petugas para farmasi mengenai tata cara penanganan suhu vaksin mulai dari penyimpanan, pengepakan, pengiriman dan penerimaan vaksin.

SOP penyimpananan dan manajemen vaksin Covid-19 harus diperhatikan agar vaksin tetap aman dan terjaga pada suhu yang sudah ditetapkan yakni 2-8 derajat Celcius untuk vaksin Sinovac dan AstraZeneca. Tidak hanya vaksin  Covid-19 tetapi juga vaksin lainnya seperti HB 0, pentavalent, IPV, DT, dan TT.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh petugas pengelola vaksin ialah vaccine vial monitor dalam kondisi A dan B, vaksin tidak
kedaluwarsa, tidak terendam air dalam masa penyimpanan, suhu minus 15 sampai minus 25 derajat Celcius untuk vaksin polio, BCG, campak, dan vaksin Moderna. Adapun untuk vaksin Pfizer harus disimpan di suhu minus 60 sampai minus 80 derajat Celcius.


"Harapan dari kegiatan ini adalah kita dapat memperkecil kesalahan dan kerusakan vaksin yang disebabkan oleh kesalahan tempat penyimpanan dan kesalahan distribusi vaksin. Sehingga dapat dipastikan bahwa vaksin yang digunakan masih berkualitas baik dan mempunyai manfaat untuk kekebalan tubuh," kata Perwakilan UNICEF NTB dan NTT, Yudhistira Yewangoe.

Dalam distribusi vaksin, Yewangoe minta petugas serius memperhatikan sejumlah hal yakni pengunaan cold box standard untuk distribusi vaksin, pengunaan vaccine carrier, pengunaan cool pack di dalam cold box/vaksin carrier untuk vaksin sensitif dingin. Serta pengunaan icepack di dalam cold box /vaksin carrier untuk vaksin sensitive panas.

Dalam pelatihan yang berlangsung selama satu hari ini diharapkan mencegah terjadinya kesalahan pemilihan tempat penyimpanan vaksin.
Contohnya vaksin yang seharusnya disimpan pada suhu 2-8 derajat Celcius di dalam kulkas atau cold room, tetapi disimpan di dalam freezer minus 15 sampai minus 25 derajat Celcius atau sebaliknya.

Petugas mengetahui pemilihan penggunaan cool pack atau ice pack dalam pendistribusian vaksin, mengetahui cara mengunakan alat temperatur kontinyu monitoring, mampu melakukan pengisian kartu temperature dengan mengunakan alat temperature suhu kontinyu. Selain itu, petugas memiliki kemampuan untuk melakukan update kartu logistik secara teratur dan benar, dan mampu melakukan perawatan kulkas vaksin harian, mingguan dan bulanan.

baca juga: NTT Terima 138.260 Vial Vaksin Sinovac

Sekretaris Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT, Emma Simanjuntak mengingatkan para peserta bekerja sesuai dengan SOP.

"Bapak-ibu memililki peran yang sangat besar, jangan sampai sudah sering melakukan tetapi ada prosedur yang terlewati," pesan Emma saat kegiatan  pembukaan.

Menurut Simanjuntak, tugas pengelola vaksin tidak cukup sampai pada menjaga rantai dingin di gudang farmasi, tetapi juga mengajarkan kepada petugas puskesmas untuk melakukan hal yang sama. Dengan demikian, mutu vaksin tetap terjaga dan menghindari terjadinya kejadian ikutan pasca imuninasi (KIPI).

Kampanye vaksinasi Campak-Rubella

Dalam waktu dekat akan segera digelar kampanye imunisasi Campak-Rubella (MR) pada kelompok umur 9 bulan-12 tahun. Terdapat pula beberapa kegiatan lainnya seperti vaksinasi rutin, pemberian vaksinasi Covid-19 dan kampanye vaksinasi MR yang masih membutuhkan perencanaan yang baik.

Tidak tercapainya hasil cakupan imunisasi dasar lengkap di kabupaten kota adalah salah satu indikator. Imunisasi rutin MR di puskesmas belum mencapai rata-rata nasional dan menjadi risiko yang sangat tinggi untuk terjadinya penularan penyakit Campak dan Rubella.

Hal ini tentunya harus menjadi perhatian kita bersama untuk dapat berkolaborasi di dalam mempercepat cakupan vaksinasi.

"Saat ini kita memasuki Bulan Imunisasi Campak dan Rubella (BICR) atau bulan persiapan untuk kampanye imunisasi campak. Kiranya kita dapat melakukan persiapan yang baik dalam rangka kampanye vaksinasi MR," ujarnya. (N-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya