Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pendekatan Kultural Bisa Menuntaskan Konflik di Nduga

Bayu Anggoro
16/1/2022 23:35
Pendekatan Kultural Bisa Menuntaskan Konflik di Nduga
Upacara adat di Papua untuk penyelesaian konflik(DOK/MI)


SETELAH kesepakatan damai atas konflik dua kelompok warga yang melibatkan masyarakat Lanny Jaya dan Nduga di Papua, tercapai, ada
upaya dari berbagai pihak untuk segera mengembalikan para pengungsi
Nduga ke daerah asal.

Menyikapi hal tersebut, Ketua Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah Papua Befa Yigibalom menyebutkan bahwa dalam waktu dekat pihaknya
bersama beberapa bupati dari pegunungan tengah Papua akan menghadap
Panglima TNI dan Kapolri serta Pemerintah Pusat untuk mengembalikan pengungsi ke Nduga dan menarik seluruh pasukan non-organik TNI/Polri dari wilayah tersebut.

Pertikaian tersebut berakhir dan diredam dengan pemberian dana
kompensasi sebesar Rp2,5 miliar. Dana tersebut diberikan kepada keluarga korban oleh Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Lanny Jaya, dan Nduga.

Selain dana kompensasi, Pemkab Jayawijaya, Pemkab Lanny Jaya serta
Pemkab Nduga juga menyerahkan hewan ternak babi sebanyak 10 ekor kepada
keluarga korban meninggal.

Di tempat terpisah, Pegiat budaya dari NGO Lentera Masa Depan Bangsa
(LMDB), Ismuanto, menyikapi fenomena itu dengan melakukan cultural analysis.

Menurutnya, masyarakat Papua asli memiliki budaya perdamaian yang
dikenal dengan framework : Satu Tungku Tiga Batu. "Bingkai sosial
budaya tersebut mengandung arti tiga posisi penting dalam keberagaman
dan kekerabatan etnis dalam masyarakat Papua," katanya, Minggu (16/1).

Terkait konflik Nduga, peran pemerintah, tokoh adat dan tokoh agama
terbukti berhasil menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi.

"Framework sosial budaya Satu Tungku Tiga Batu berhasil meredam
konflik Nduga. Peran pemerintah, tokoh adat dan tokoh agama terbukti
berhasil menyelesaikan konflik horizontal yang terjadi," ujarnya.

Dia mencontohkan setidaknya ada tiga konflik fenomenal di Indonesia yang  bersumber dari culture clash, yaitu konflik Sampit, Dayak-Madura serta Konflik di Ambon antara umat Kristen-Islam.

Ia melihat Pemerintah sudah belajar bahwa pendekatan kultural merupakann langkah efektif dalam menyelesaikan konflik horizontal.

Hal tersebut terimplementasi dalam penanganan konflik Nduga yang
mengedepankan pendekatan soft approach dalam bentuk kultural.

"Para pemangku kepentingan sudah belajar bahwa pendekatan kultural adalah langkah efektif guna menyelesaikan konflik horisontal. Itu sudah terbukti dalam penanganan Nduga yang mengedepankan soft approach  dalam bentuk kultural," tambahnya. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya