SELAAWI menuju Kota Bambu menjadi slogan yang terus digaungkan oleh Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, dalam beberapa tahun ini.
Potensi alam yang melimpah didukung sumber daya manusia (SDM) perajin yang produktif sangat memungkinkan untuk mewujudkan Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, sebagai ibu kota bambu di Tanah Air.
Hal inipun dirasakan betul oleh perguruan tinggi yang memiliki
kepedulian untuk memajukan daerah tersebut. Salah satunya Universitas
Telkom bersama kelompok Abdimas Hibah Dikti dan Olahkarsa. Mereka terus
melakukan pendampingan serta pelatihan demi terealisasinya Selaawi Kota
Bambu.
Ketua Tim Pelaksana Abdimas dalam Skema Hibah Dikti, Choira Anggraini,
mengatakan, Selaawi memiliki potensi sangat besar menjadi kota bambu
dengan potensi alam dan infrastruktur yang cukup memadai. Saat ini yang
perlu dilakukan adalah terus mematangkan konsep pencitraan (branding)
dan reputasi positif melalui peningkatan kompetensi SDM perajin bambu
Selaawi.
"Kami berkomitmen terus melakukan pendampingan serta pelatihan sampai
terwujudnya program Selaawi Kota Bambu. Target kami dalam program
abdimas ini adalah terbentuknya destination branding Selaawi sebagai
kota bambu melalui kolaborasi multistakeholders," ucap Choir, Senin (27/12).
Menurutnya, melalui pendampingan ini diharapkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya kerja sama dan pelibatan berbagai pemangku kepentingan yang semakin meningkat. Dampaknya, masyarakat mulai menginisisasi destinasi pencitraan untuk Selaawi menuju kota bambu.
"Karena itu, perlu dibentuk satuan tugas percepatan penciptaan
destination branding Selaawi Kota Bambu melalui berbagai upaya. Salah
satu yang bisa dilakukan adalah mengolaborasikan potensi-potensi yang
ada seperti meningkatkan kapasitas perajin bambu, pendataan home stay di sekitar lokasi yang akan dijadikan eduwisata, publikasi, dan lainnya," lanjut Choira.
Dia berharap Selaawi akan selalu identik dengan wisata bambu. "Begitu
orang menyebut Selaawi, orang akan ingat wisata bambu. Begitupun pada
saat akan berkunjung ke Selaawi, objek wisata apa saja yang bisa
ditawarkan agar wisatawan itu bisa berhari-hari menghabiskan waktu di
Selaawi," tutur Choir.
Dia menyebut, optimisme inipun sudah menyebar ke seluruh warga. Sebagai
contoh, kentalnya Selaawi sebagai sentra bambu ini pun terlihat dalam
diskusi kelompok terbatas soal Pendampingan Perancangan Model Destination Branding dan Stakeholder Engagement untuk Menciptakan Selaawi Kota Bambu yang Berkelanjutan, pekan lalu.
Diskusi itu digelar atas kolaborasi tim Pengabdian kepada Masyarakat
(Abdimas) Hibah Dikti, Telkom University (Tel-U), Kecamatan Selaawi, dan Olahkarsa.
"Tanggung jawab kita sekarang adalah menindaklanjuti program
Selaawi Menuju Kota Bambu. Kita akan bawa bambu ke kota dan menjadi
pusat perhatian masyarakat bahwa Selaawi adalah kota bambu," ujarnya
seraya menyebut acara ini dihadiri oleh seluruh perangkat desa dan
komunitas perajin bambu.
Tanggung jawab pemerintah daerah
Menurutnya, pemerintah setempat pun terus mendorong para perajin bambu
untuk berinovasi. Pemkab juga terus memfasilitasi kerajinan bambu di
Selaawi menjadi lestari, salah satunya dengan membangun gedung Selaawi
Bamboo Creative Center (SBCC) yang kini dinamakan gedung Dayeuh Awi.
Bukan hanya menyiapkan infrastruktur penunjang, optimalisasi terus
dilakukan melalui pendampingan dan pelatihan agar perajin bambu di
Selaawi semakin produktif.
"Habitat bambu di Selaawi sangat banyak. Kami kini tengah mengelompokkan rumpun bambu apa saja yang ada. Juga perlu adanya pengukuran seberapa luas total areal tanaman bambu," tutur
Ridwan.
Kecamatan Selaawi terdiri dari tujuh desa penghasil kerajinan berbahan
baku bambu, yakni Desa Cigawir, Cirapuhan, Mekarsari, Pelitaasih, Putrajawa, Samida, dan Desa Selaawi. Selaawi telah menorehkan sejumlah prestasi di antaranya telah memecahkan empat rekor MURI secara berturut-turut, yaitu kategori sangkar burung bambu terbesar
di dunia dengan diameter 5,5 meter; rangkaian sangkar burung bambu
terpanjang di dunia dengan panjang lebih dari 3 km; penanaman 100 bambu
dengan jumlah 100 jenis bambu; dan membaca dongeng terlama sedunia.
"Ini sebagai pemicu untuk mewujudkan Selaawi sebagai kota bambu, dan
kami sangat berharap Selaawi menjadi percontohan di tingkat nasional dan dunia sebagai salah satu destinasi wisata yang layak untuk dikunjungi," tandas Ridwan. (N-2)