Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
DENGAN garis pantai sepanjang 57,5 kilometer (km) mulai dari Kecamatan
Ayah hingga Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menyimpan potensi
sumber daya pesisir yang luar biasa.
Sejak 2014 silam, masyarakat pantai Kebumen mulai mencoba peruntungan dengan budi daya udang vaname.
Hasilnya, cukup luar biasa. Dalam setahun, bisa menghasilkan
1.600 ton udang vaname.
Kini, harga udang vaname rata-rata Rp80 ribu per kilogram. Berarti dalam satu tahun, nominal pendapatan dari budi daya udang vaname
Rp128 miliar alias Rp10 miliar lebih per bulan.
Sebelum menjadi petambak udang, kebanyakan para pembudi daya ialah petani, pekerja pabrik atau perantau.
Salah satu dari mereka ialah Nur Rohmat. Pemuda asal Desa
Surorejan, Kecamatan Puring, itu, harus merantau untuk mendapat pekerjaan.
"Kemudian, saya putuskan untuk pulang dan mencoba peruntungan menjadi
petambak udang. Saya termasuk generasi awal yang nekat untuk membudidayakan udang vaname. Benar-benar membutuhkan konsentrasi dan keseriusan," ungkap Rohmat saat berbincang dengan mediaindonesia.com pada Minggu (12/12).
Pada awal membuka usaha, Rohmat harus belajar dari awal. Satu contoh
adalah pembuatan kolam atau tambak udang. Apalagi, tambak udang itu
harus dilengkapi dengan kincir air untuk menghasilkan oksigen.
Tentu saja persoalan pertama ialah dengan apa untuk menggerakkan kincir air itu. Pilihannya adalah dengan mesin diesel, genset atau aliran listrik PLN.
"Beruntung kemudian, PLN Kebumen memberikan suplai kebutuhan listrik
untuk tambak. Tidak hanya saya, karena petambak di sini cukup banyak.
Ada puluhan petambak di desa ini. Kebutuhan listrik dari PLN tidak kecil dan skalanya sudah masuk kategori industri. Rata-rata sudah di atas 5.500 VA," kata Rohmat.
Dengan adanya suplai listrik itulah, maka budi daya udang bisa jalan.
Sebab, tanpa adanya suplai listrik, mustahil budi daya udang dapat terus eksis sampai sekarang.
"Listrik menjadi sesuatu yang vital bagi budi daya udang. Kalau tak ada listrik, jelas tidak mungkin ada budi daya udang vaname di sini. Alhamdulillah, PLN menyuplai kebutuhan listrik bagi para petambak," ujarnya.
Suplai listrik aman
Rohmat yang merintis usaha tambak udang sejak 2012 silam, kini memiliki
tiga petak tambak. Yang satu ukuran 1.500 meter persegi (m2) dan dua berukuran 2.000 m2.
"Setiap kolam harus memiliki kincir air yang cukup. Suplai listrik juga harus lancar. Karena itu, kalau ada pemadaman bergilir untuk pemeliharaan, maka kami mendapatkan informasi lebih awal. Dengan begitu, petambak dapat menyiapkan genset atau diesel. Tanpa kincir air, 1-2 jam udang akan mati. Kincir air sangat vital bagi tambak udang," tambahnya.
Selama ini, lanjutnya, suplai listrik aman sehingga kincir air tetap
bisa nyala. Kendalanya adalah soal cuaca ekstrem yang berdampak pada
produksi panen udang vaname.
"Untuk memanen udang vaname, membutuhkan waktu antara 3-4 bulan, sejak tabur benur. Untuk tambak seluas 2.000 m2 saya isi 200 ribu benur. Harga per ekor benur berkisar Rp65 hingga Rp75," papar Rohmat.
Dalam kondisi normal, tambaknya dapat menghasilkan 2-3 ton udang vaname. Kisaran harga udang vaname antara Rp50 ribu hingga Rp90 ribu. Tetapi rata-rata Rp80 ribu. Ukurannya 1 kg sebanyak 20-30 ekor.
"Lumayan hasilnya, bisa untuk mencukupi kebutuhan. Itulah mengapa, saya memutuskan untuk tidak merantau lagi. Cukup di kampung halaman membudidayakan udang vaname," lanjutnya.
Petambak udang lainnya, Tarno, menambahkan para petambak udang di
Kebumen diuntungkan adanya suplai listrik dari PLN. Sebab, kalau
dihitung-hitung, dengan listrik PLN lebih hemat jika dibandingkan dengan menggunakan diesel yang diisi BBM.
"Saya membutuhkan cukup banyak pasokan listrik. Misalnya, untuk satu kolam tambak, membutuhkan setidaknya 4 titik kincir air. Padahal, satu dinamo membutuhkan 750 watt. Saya memiliki lebih dari 10 kolam. Bisa dibayangkan kalau memakai diesel, kebutuhannya BBM-nya sangat besar," jelasnya.
Tarno menambahkan keberadaan kincir air dengan sumber listrik menjadi
sesuatu hal yang paling vital, selain pakan. "Jika saja, listrik tidak
dilayani PLN, saya sendiri kemungkinan tidak akan budi daya udang
vaname. Namun, karena ada listrik, maka usaha berjalan sampai
sekarang," tandasnya.
Pasar eskpor terbuka
Secara terpisah, Kepala Bidang Perikanan Budi Daya, Dinas Kelautan dan
Perikanan Kebumen Budiono mengatakan tambak udang sudah menjadi bagian penting bagi perekonomian warga pesisir selatan daerah itu.
"Dimulai sejak 2014 silam, budi daya udang vaname berkembang di kecamatan-kecamatan wilayah pantai mulai dari Buayan, Puring, Klirong,
Petanahan dan paling timur adalah Mirit. Sebelum menjadi petambak udang, mereka adalah petani sayur, pengusaha ayam, pelaku usaha jambu kristal. Bahkan, ada juga yang merantau, tetapi kemudian pulang dan mengembangkan usaha budi daya udang vaname," jelas Budiono.
Perkembangan budi daya udang vaname di pesisir selatan Kebumen tidak
lepas dari suplai listrik PLN. Sebab, pasokan listrik sangat vital.
"Suplai listrik dipakai untuk menggerakkan kincir air supaya menghaslkan oksigen. Tanpa ada peralatan itu, saya memastikan udang akan mati. Nah, perkembangan budi daya udang vaname, salah satunya bisa maju karena adanya listrik," sambungnya.
Rata-rata para petambak memerlukan suplai listrik mulai 5.500 VA hingga 33 ribu VA. Ini tidak mungkin digantikan dengan diesel. Karena harus butuh banyak diesel untuk menggerakkan kincir angin.
Oleh karena itu, para petambak harus memastikan kalau kincir air
beroperasi tanpa henti. Sebab, kalau berhenti, misalnya satu jam saja,
maka udang vaname akan mati mendadak.
"Udang vaname sangat bergantung suplai oksigen yang digerakkan dari kincir air. Sementara kincir angin memerlukan pasokan listrik dari PLN," jelas Budiono.
Dia menjelaskan bahwa secara ideal, satu tambak ukuran 2.000 m2,
membutuhkan setidaknya 3 titik dengan 8-9 daun kincir. Dalam
luasan tersebut ada 24-27 daun kincir yang senantiasa harus bergerak.
"Karena itulah, tambak memerlukan suplai listrik yang tinggi. Para pelaku usaha tambak udang di sini sangat berterima kasih kepada PLN, karena telahmenyediakan suplai listrik ke tambak-tambak. Dengan adanya suplai listrik, maka usaha budi daya udang dapat berkembang. Kesejahteraan masyarakat akhirnya datang," katanya.
Di Kebumen, lanjut Budiono, tercatat ada sekitar 450 petambak udang
vaname yang memasok produksinya ke pasar lokal maupun ekspor. Produksi
udang vaname di Kebumen cukup besar mencapai 1.600 ton setiap tahun
dengan harga rata-rata Rp80 ribu per kg. Jika dihitung pendapatan setiap tahunnya bisa mencapai Rp128 miliar.
"Udang vaname produksi dari Kebumen diekspor ke berbagai negara. Di
antaranya adalah AS, Jepang, Tiongkok, Singapura, Hongkong dan
negara-negara lainnya. Potensi pasarnya masih besar, sehingga berapapun
produksi udang vaname di Kebumen terserap pasar, baik domestik maupun
ekspor," lanjutnya.
Komitmen PLN
PLN menyatakan pihaknya akan terus berkomitmen menyediakan pasokan listrik yang mencukupi bagi seluruh masyarakat, termasuk para pelaku ekonomi.
"Kami juga berkomitmen memberikan listrik yang bisa berdampak positif pada kebangkitan ekonomi nasional," kata Executive Vice President
Komunikasi Korporat dan TJSL PLN, Agung Murdifi.
Saat ini, PLN bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tengah memetakan kemampuan dan kapabilitas industri nasional.
"Kami berharap PLN dapat membantu industri dalam negeri untuk terus
bertahan dan menggerakkan kembali perekonomian nasional, terutama dalam
masa pandemi covid-19. PLN terus bergerak maju dan tetap optimistis
dalam situasi saat ini," terang Agung.
Keberadaan PLN memang nyata dirasakan oleh masyarakat salah satunya
adalah petambak udang yang ada di Kebumen. Bisa dibayangkan, jika tidak
ada listrik, maka pendapatan Rp128 miliar dari budi daya udang setiap
tahunnya tak bakal menjadi nyata. (N-2)
Dian mengatakan, masih banyak pengusaha tambak udang di NTB yang abai dengan regulasi. Tercatat, ada 881 dari total 1.071 tambak udang di NTB tidak berizin.
Pemberian surat teguran tanpa aksi konkret justru akan mengadu domba masyarakat di Karimunjawa karena sebagian besar menolak tambak dan sejumlah lainnya tetap bertahan.
Petambak diketahui membuka tambak udang vaname hingga limbah dibuang ke laut mencemari perairan tersebut.
PEMANFAATAN lahan mangrove mati dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang paling efektif dan menguntungkan adalah dengan membuat tambak udang atau bandeng.
Teknologi UV ini adalah metode pengolahan air yang menggunakan sinar ultraviolet untuk mensterilkan air dari bakteri, virus, dan mikroorganisme berbahaya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved