Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

2.009 Balita Stunting di Sleman Tinggal Bersama Perokok

Agus Utantoro
16/11/2021 23:37
 2.009 Balita Stunting di Sleman Tinggal Bersama Perokok
(MI/Agus Utantoro)

BUPATI Sleman Kustini Sri Purnomo, Selasa mengatakan hasil pengukuran status gizi balita yang dilakukan terhadap 49.765 anak atau 83,96% dari total balita pada 2021 sebanyak 59.275 anak. Kemudian diperoleh prevalensi angka anak balita stunting di Sleman sebanyak 6,92% atau 3.445 anak.

Di sela-sela 'Diseminasi Pengukuran Publikasi Stunting Kabupaten Sleman 2021' pada Selasa (16/11), Bupati lebih lanjut mengatakan bahwa dari hasil pengukuran pula diketahui prevalensi stunting anak baduta (bawah dua tahun) sebesar 6,16% atau 1.158 anak. ''Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil pengukuran tahun sebelumnya yang mencapai 7,24%,'' kata Kustini.

Dikatakannya, faktor determinan penyebab stunting pada anak di Kabupaten Sleman pada 2021 ini 58,31% atau 2.009 balita stunting yang tinggal bersama keluarga yang memiliki anggota keluarga aktif merokok. Diketahui pula, jelasnya, 1.232 (35,6%) balita stunting tinggal dalam rumah yang tidak memiliki jaminan kesehatan, 594 (17,24%) ibu balita yang anak balitanya mengalami stunting saat hamil mengalami kurang gizi kronis (KEK), 199 balita atau 5,77% balita stunting mempunyai penyakit penyerta, 45 balita (1,3%) balita tinggal pada keluarga yang tidak memiliki jamban sehat, 1,22% atau 42 balita stunting belum mendapatkan imunisasi lengkap dan 4 balita stunting atau 
0,12% keluarganya tidak memiliki akses air bersih.

Mengenai sebarannya, Kustini mengatakan dari 86 kalurahan (desa) di 17 kapanewon (kecamatan) di Sleman, sebanyak 16 kalurahan atau 18,60%) dengan kategori sedang; 67 kalurahan atau 77,9% dengan kategori sangat rendah; dan 4 kalurahan atau 3,5% dengan kategori status gizi balita dinamis. 

''Artinya seluruh kalurahan di Sleman prevalensi stunting-nya di bawah 20%, karena disebut kategori sedang jika prevalensinya pada kisaran 10-20%, kategori rendah jika prevalensinya 2,5%-10% dan kategori sangat rendah jika prevalensinya di bawah 2,5%,'' jelas Kustini.

Kustini mengingatkan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah lima tahun) akibat kekurangan gizi kronis. ''Sehingga anak tersebut lebih pendek dibandingkan anak lain yang susianya,'' katanya.

Untuk itu, Bupati meminta jajarannya melakukan berbagai langkah untuk mencegah terjadinya stunting. Meski angka stunting di Sleman sudah jauh berada di bawah angka nasional, Kustini berharap, jajarannya tetap bekerja keras terus menekan angka stunting. (AU/OL-10) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya