Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Kopi Arabika Mulai Ditanam di Puncak Meratus

Denny Susanto
15/11/2021 16:40
Kopi Arabika Mulai Ditanam di Puncak Meratus
Bibit kopi arabika siap ditanam(ANTARA FOTO/Seno)

HUJAN yang deras mengguyur kawasan Pegunungan Meratus akibat pengaruh La Nina tidak menyurutkan langkah puluhan warga Dusun Pantai Mangkiling, Datar Ajab bersama relawan Posko Meratus, Serikat Petani Indonesia dan Pena Hijau Indonesia untuk menanam benih kopi jenis arabika di kawasan hutan adat (hutan keramat) puncak Meratus.

Peserta kegiatan bertajuk 1000 mdpl menanam arabika ini harus menyusuri dan menyeberangi sungai berarus deras dan mendaki jalur pendakian menuju Gunung Periuk yang sangat licin karena hujan. Sebelum perjalanan dimulai tim 1000 mdpl mengikuti ritual adat untuk meminta izin dan memohon keselamatan kepada Tuhan dan para leluhur penunggu hutan keramat yang dipimpin tetuha adat Dusun Mangkiling, Kai Musa,

Sehari sebelum peserta 1000 mdpl yang berasal dari berbagai organisasi dan instansi termasuk Dinas Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini harus melintasi parahnya kerusakan jalan menuju daerah pedalaman Desa Datar Ajab, Kecamatan Hantakan.

Menggunakan kendaraan roda dua berbagai jenis, banyak peserta yang jatuh bangun karena terjebak di track jalan rusak dan licin. "Kami melakukan penebaran benih kopi jenis arabika di kawasan puncak meratus yang merupakan hutan adat atau hutan keramat. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya kami untuk melestarikan hutan yang terus terancam aksi penebangan," tutur Kasman Susanto, Ketua Posko Meratus, Kecamatan Hantakan, Senin (15/11).

Setelah mendaki kurang lebih 3,5 jam tim tiba di lokasi berkemah, bekas lokasi kamp pekerja kayu di ketinggian sekitar 850 mdpl.  Sepanjang rute ini, tim menyusuri aliran riam yang begitu menawan, beberapa kali tim berhenti untuk mengambil gambar dan video keindahan alam Meratus.

Karena hari masih siang, usai mendirikan kemah, tim melanjutkan pendakian untuk mencapai ketinggian 1000 mdpl di sekitar jalur menuju puncak Gunung Periuk, tepatnya di lokasi Pohon Ganal. Pohon ganal atau pohon besar dimaksud adalah pohon jenis meranti merah berdiameter raksasa dengan ketinggian puluhan meter.

Lokasi ini kondisi hutannya masih terjaga karena masyarakat adat setempat menerapkan larangan dan sanksi adat bagi perusak hutan. Disamping itu kawasan ini merupakat hutan keramat yang dipercaya di jaga para leluhur masyarakat Suku Dayak.

Usai penanaman dan penebaran benih arabika, sebagian anggota tim melanjut pendakian ke Puncak Gunung Periuk dan sebagian turun ke lokasi perkemahan karena kelelahan.

Pengembangan kopi

Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah sejak beberapa waktu terakhir mengembangkan komoditas kopi sebagai salah satu upaya meningkatkan ekonomi masyarakat termasuk masyarakat sekitar hutan dan upaya pelestarian kawasan hutan Pegunungan Meratus. Terkait hal ini Pemkab Hulu Sungai Tengah beberapa waktu lalu meluncurkan Kopi Meratus.

Peluncuran Kopi Meratus juga dilanjutkan dengan aksi penanaman, pelatihan dan budidaya komoditas kopi bagi masyarakat. Ada empat jenis kopi yang akan dikembangkan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu arabika, robusta, liberika dan exelsa.

"Kawasan pegunungan meratus ini cukup unik karena bisa ditanam semua jenis kopi, meski ada dua jenis kopi yang banyak di budidayakan masyarakat yaitu jenis robusta dan liberika," ungkap Plt Sekretaris Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Ahmad Yani.

Pengembangan komoditas kopi ini merupakan salah satu upaya Pemkab Hulu Sungai Tengah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di kawasan pegunungan meratus sekaligus upaya pelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya penghasilan warga dari hasil hutan bukan kayu diharapkan praktek penebangan liar dapat semakin berkurang.

Ketua SPI Kalsel, Dwi Putera Kurniawan, mengatakan kegiatan 1000 mdpl merupakan bagian dari pengembangan kopi meratus. SPI Kalsel sendiri pada 2018 melakukan penanaman ujicoba arabika di wilayah kaki Gunung Halau-halau.

"Tanaman kopi arabika hanya tumbuh dengan baik di ketinggian 800 hingga 1000 mdpl lebih. Karena itu kegiatan penanaman dan penebaran benih arabika melibatkan masyarakat adat. Selain itu kami juga terganjal aturan hutan lindung," ungkap Dwi Kurniawan.

baca juga: Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kembangkan Konsep Wisata Daulat Pangan

Dwi mengakui Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel sempat menegur rencana kegiatan ini dengan alasan tidak boleh ada aktivitas di kawasan hutan lindung. Namun hutan lindung versi pemerintah ini adalah hutan adat atau hutan keramat bagi warga suku dayak.

"Kami justru mendapat dukungan dari Pemkab Hulu Sungai Tengah dan masyarakat adat Dusun Pantai Mangkiling, karena kegiatan ini tidak merusak lingkungan dan membantu ekonomi warga di masa depan," tegas Dwi.

Busu salah seorang tokoh masyarakat Dusun Pantai Mangkiling, menyayangkan sikap Dinas Kehutanan dan balik menyinggung masih adanya aktivitas penebangan di kawasan hutan lindung meratus, justru seolah dibiarkan terjadi. Padahal akibat aktivitas penebangan liar menjadi salah satu penyebab bencana banjir dan tanah longsor. (N-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik