INDONESIA telah memasuki era industri 4.0. Semua sektor juga telah tersentuh digitalisasi. Termasuk juga sektor pertanian.
Kondisi ini dimanfaatkan Kelompok Wanita Tani di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang menjadi penerima Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L), memanfatkan digital marketing untuk memasarkan produknya.
Apresiasi disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Menurutnya, pangan harus selalu ada, sehingga produksi tidak boleh berhenti.
"Bayangkan jika tim yang bekerja di sektor penyediaan pangan berhenti, maka berhenti jualah kehidupan kita. Di masa pandemi kita justru dituntut kreatif dan strategis, termasuk dalam pemasaran produk," jelasnya.
"Pemasaran berbasis online melalui e-commerce merupakan salah satu terobosan jitu mengawal kebutuhan konsumen sekaligus meningkatkan layanan pesan antar produk sampai tujuan,” kata Mentan pada keterangan pers, Senin (27/9).
Dukungan serupa disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi.
“Saat pandemi, online system menjadi jawaban. Online system mendekatkan mereka (petani) dengan konsumen (seluruh masyarakat). Apapun yang terjadi, pangan tidak boleh delay. Harus tepat waktu dan lancar," kata Dedi dalam keterangannya, Senin (27/9).
"Saat ini masyarakat cukup mengakses secara online untuk order pangan langsung dari petani, Gapoktan, kelompok Wanita tani (KWT). Sistem online ini merupakan sistem satu arah yang menghubungkan petani langsung kepada konsumennya,” tutr Dedi.
Langkah digitalisasi marketing yang dilakukan KWT di Makassar, tidak terlepas dari upaya Pemerintah Kota Makassar, melalui Dinas Ketahanan Pangan dalam mendukung program kewirausahawan dilakukan melalui digitalisasi marketing.
Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar mensosialisasi digitalisasi marketing produk kelompok wanita tani. Sasaran peserta adalah perwakilan dari kelompok-kelompok wanita tani penerima bantuan Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) baik yang bersumber dari APBN maupun APBD.
Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar, Ferdy Muchtar, mengatakan bahwa peluang pemasaran melalui digital marketing sangat besar.
“Kami berupaya mengkolaborasikan urban farming dengan Unit Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pangan dalam hal ini kelompok wanita tani dalam penjualan berbasis online secara e-commerce,” jelas Ferdy.
Perkembangan pemasaran melalui e-commerce perlu dukungan dari kaum milenial untuk berkontribusi dalam pemasaran produk kelompok wanita tani.
Menurutnya, teknologi merupakan faktor dan alat utama bagi pemasar untuk bisa menjangkau massa dan khalayak umum. Oleh karena itu, DKP Kota Makssar menggandeng kaum milenial dalam digital marketing.
Adalah Asry Syarief milennlial yang berpengalaman di bidang pertanian dan agribisnis selaku Founder Panganku. Aplikasi Panganku merupakan platform jual beli daring yang mendukung distribusi pangan di Makassar dan sekitarnya.
“Data yang diperoleh Panganku untuk permintaan konsumen produk pertanian untuk bayam, kangkung dan pakcoy sebesar 45%, buah tomat, cabe, dan jeruk nipis sebanyak 25%, mentimun, terong dan kol sebanyak 15%, jahe, wortel dan kunyit sebesar 12%, dan selada, brokoli sebanyak 7%," jelasnya.
"Hal ini memberikan peluang besar bagi kelompok-kelompok wanita tani yang ada di Kota Makassar di mana produksi kebun yang mereka produksi secara kontinyu pada umumnya adalah kangkung, bayam, dan pakcoy,” kata Asry Syarief.
Asry menambahkan, target market atau costumer dari Panganku adalah B2C yakni mitra business to costumer market sebanyak 50%, horeka market atau mitra hotel restoran, dan kafe sebanyak 30% dan B2B market yakni mitra business to business sebanyak 20%. (RO/OL-09)