Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Menjemput Kesembuhan di Isolasi Terapung KM Umsini  

Iis Zatnika
30/8/2021 23:51
Menjemput Kesembuhan di Isolasi Terapung KM Umsini  
KM Umsini menampung pasien isolasi terpusat di Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar.(Dok Pelni)

 

Menumpang kapal kayu bercat biru dan oranye, biduan bergaun merah dan pengiringnya, musikus organ tunggal, lengkap dengan pengeras suaranya, bergerak dari Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan. 

Setelah jaraknya belasan meter dari Kapal Motor (KM) Umsini, biduan itu mulai beraksi, menyanyikan Kopi Dangdut sambil menyapa. "Ayo Goyang bapak, ibu," katanya. 
    
Suasana pun meriah, kru kapal, petugas medis, hingga anggota kepolisian dan TNI serta tentunya para pasien covid-19 peserta isolasi terpusat (Isoter), menikmati hiburan itu dari deknya masing-masing. Mereka yang sehari-hari beraktivitas dalam zona terpisah, dipertemukan dalam semangat yang ditebarkan aktraksi Hiburan Malam Minggu itu. 

Rutin diselenggarakan setiap akhir pekan, termasuk Sabtu (28/8), hiburan dari biduan itu menjadi bagian dari dukungan yang diberikan berbagai pihak yang terlibat dalam kolaborasi penyelenggaraan Isoter. Mereka di antaranya, Pemerintah Kota Makassar, Kementerian Perhubungan sebagai pemilik kapal berkapasitas 2.000 penumpang itu, PT Pelni sebagai operator, hingga TNI dan Polri. 

"Pagi ada acara joging dan senam, lalu ceramah agama yang ditayangkan di televisi untuk menyemangati mereka dan tentunya dukungan fasilitas berupa tempat tidur yang nyaman, air bersih, makanan dan minuman, obat dan vitamin serta tentunya pemantauan dokter 24 jam," kata Ahmad Sadikin, Kepala Cabang PT Pelni Makasaar. 

Menjadi kapal perdana yang digunakan untuk Isoter tak berbayar  sejak 2 Agustus, KM Umsini telah menampung 186 pasien covid-19 berkategori tanpa gejala dan ringan. "Hari ini kami menampung 49 pasien, rencananya ada 5 pasien yang akan keluar setelah hasil swabnya negatif. Dari target mereka dinyatakan sembuh selama 5-10 hari, rata-rata pasien pulang lebih cepat yaitu hanya 6-7 hari," kata Sadikin.

Membahagiakan, menambah imunitas penumpang  
Istimewanya, ikhtiar kru kapal dan para pihak yang terlibat menangani pasien, termasuk dengan membangun suasana yang menyenangkan, membuat sebagian pasien justru betah. "Bahkan, ada yang bertemu jodoh di sini, sehingga yang sudah dinyatakan sembuh minta pulangnya bareng dengan pasangan yang ditemuinya saat Isoter. Juga ada cerita pasien yang dilamar kekasihnya dari kapal yang mendekat ke Umsini. Memang situasi di sini kami buat menyenangkan agar imun pasien meningkat. Terbukti, hawa laut dan suasana dan dukungan buat pasien di sini berperan mempercepat kesembuhan mereka," kata Sadikin. 

Kendati dalam status berlabuh, seluruh layanan kapal memang dioptimalkan. Pasien laki-laki ditempatkan di area terbuka dengan penyekatan berjarak aman, sementara pasien perempuan menginap di kabin. Makanan dipasok tiga kali sehari, lengkap dengan camilan dan susu, diantar dari darat menggunakan kapal kecil, begitu pun sampah medis dan pasien diambil setiap hari. 

"Pasien covid-19 yang kesulitan isolasi di rumah, ayo ke Isoter saja, enak sekali di Umsini. Tadi saja makannya dengan ayam bakar, lalu ada susu dan roti. Masker diberikan banyak, ada dokter 24 jam, AC dan bisa mandi air panas atau dingin," kata Ahamd Daniar, pasien yang menempati sekat isolasi mandiri bernomor 129 dalam video yang dikirimkannya. 
 
Tugas istimewa Umsini 
Kapal-kapal yang dioperasikan Pelni ikut berkiprah dalam ikhtiar gotong royong segenap bangsa melawan pandemi. Sebagian kapal memang sementara berhenti berlayar karena penutupan pelabuhan akibat pembatasan dari pemerintah daerah. 

Kapten KM Umsini, Romi Supriyadi Ramli, mengisahkan keseharian bersama 73 awak kapalnya yang praktis tak pernah berjumpa langsung dengan pasien. "Sejak ditugaskan menjadi lokasi Isoter, kami bersama tim terkait langsung mengatur sistem lalu lintas pasien, tim medis dan kru kapal, sehingga menjamin keamanan semua pihak. Juga menyiapkan peralatan, sekat-sekat misalnya. Kini kami sama happy-nya dengan pasien menikmati tugas ini, tentunya dengan selalu memakai masker, menjaga jarak dan protokol kesehatan lainnya," kata Romi yang menjaga kapalnya berlabuh dengan stabil berjarak 200 hingga 300 meter dari pelabuhan. 

Kolaborasi berbagai pihak untuk mempersiapkan kapal, pengaturan sistem protokol kesehatan, termasuk swab rutin, kata Romi, sukses menyingkirkan kekuatiran yang semula sempat muncul di kalangan krunya. Kendati kini ia bersama awaknya menjalani tugas berlayar teramat pendek, hanya membawa kapal bersandar sepekan sekali untuk mengisi air bersih dan mengalihkan limbah di pelabuhan, namun tanggung jawab  yang mereka emban tak kalah istimewa. 

Umsini semula memiliki rute Batam-Jakarta-Surabaya-Denpasar-Maumere-Larantuka-Kupang selama 7 hari dengan masa tugas awak kapal tiga bulan di laut dan satu bulan istirahat di darat. "Kami biasa angkut 2.000 orang dan di masa pandemi kapasitas dikurangi 50%, kini berpartisipasi dalam penanganan covid-19, menolong mereka yang tidak tertampung di lokasi isolasi di darat," ujar Romi yang bersama krunya sukses menjadi model bagi lima KM lainnya yang akan menjadi lokasi Isoter. Kapal-kapal itu terdiri atas Bukit Raya berkapasitas 450 tempat tidur (TT) di Medan, Tatamailau di Bitung dengan 448 TT, Tidar di Jayapura dengan 873 pasien serta dua kapal lainnya yang tengah disiapkan yaitu Sirimau dengan 449 TT dan Lawit dengan 419 TT. 

"Kami pelaut, jadi jika ditanya lebih senang mana, berada di pelabuhan atau berlayar, tentu saja kami menikmati di laut, tapi karena kita harus sama-sama berperan, kami siap membantu. Untuk penumpang nantinya, jika Umsini berlayar kembali, jangan kuatir karena tentu kapal akan disterilisasi, seperti juga yang rutin yang dilakukan. Nantinya pelanggan kami, para pelajar, mahasiswa, pedagang, dan semua warga yang memerlukan Umsini untuk menuju ke pelosok Indonesia bisa kami angkut kembali dengan aman." (*/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya