Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

TWA Menipo jadi Role Model Pengembangan Wisata di Indonesia

Palce Amalo
18/6/2021 13:55
TWA Menipo jadi Role Model Pengembangan Wisata di Indonesia
Petugas dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT memberikan makanan ke Rusa Timor di Pulau Menipo, Kabupaten Kupang, NTT.(MI/Palce)

TAMAN Wisata Alam (TWA) Menipo seluas 2.499,50 hektare di Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, dikenal sebagai role model pengembangan wisata di Indonesia.

TWA ini terletak di pesisir selatan Pulau Timor, juga meliputi Pulau Menipo seluas 571,80 hektare yang merupakan bertelur penyu, kakatua jambul kuning, kelewawar, rusa timor, buaya muara, dan lokasi migrasi burung asal Australia.

"Di sini salah satu pengembangan wisata alam atau role model. Saya sudah keliling seluruh kawasan konservasi di Indonesia, di sini ada kesepsifikasian tersendiri, ada satwanya, mangrove, savana, lontar," kata Inspektur Wilayah II, Itjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sumarto seusai berkunjung ke Menipo, Jumat (18/6).

Menurutnya, sumber daya alam yang ada di Menipo harus dieksplorasi lagi, menjadi lokasi penelitian dan pendidikan dan obyek wisata dengan keanekaragaman hayati bernilai tinggi.

Untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM), selain SDM Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Nusa Tenggara Timur, juga sudah ada
keterlibatan masyarakat setempat. Kekuatan utama kawasan konservasi agar
terlindungi dan teramankan harus dari masyarakatnya.

Masyarakat Enoraen mendukung pemerintah dengan tidak membuang sampah sembarangan, membangun jalur penahan kebakaran, serta menghidupkan kembali aturan adat diserta denda jika menangkap warga merusak atau berburu satwa di lokasi itu. "Saya apresiasi terhadap teman-teman BBKSDA NTT, mereka sudah bekerja keras dan masyarakat di sekitar Manipo punsudah terlibat langsung karena ada rasa memiliki kawasan ini," ujarnya.

Kepala BBKSDA NTT Timbul Batubara menyebutkan pengelolaan TWA Menipo tidak hanya melibatkan balai konservasi, tetapi juga unsur masyarakat adat tokoh agama, dan pemerintah setempat.

"Mengurus nature tidak cukup hanya nature-nya, saya memperkenalkan ada harmoni antara culture dan nature. bahwa adat itu harus melekat pada alamnya," kata Timbul Batubara.

Tamu atau pengunjung yang akan berwisata ke TWA berjarak 76 kilomter dari Kota Kupang tersebut disambut dengan tarian adat. Dua warga setempat diberikan pelatihan oleh BBKSA menjadi pemandu (quide) menyampaikan penjelasan kepada pengunjung mengenai tipologi ekosistem, habitat sampai spesies di sana.

"Mereka mamahami dan menjelaskan secara lugas kepada pengunjung tentang biodiversitynya dan adatnya," ujarnya.

Sebelum pandemi covid-19, rata-rata pengunjung TWA Menipo sekitar 600 orang, namun menurun drastis selama satu tahun terakhir. Pada Mei 2021 tercatat hanya dua pengunjung. Selain pandemi, satu satu sebab yang membuat pengunjung berkurang adalah jalan ke lokasi yang belum beraspal. Jalan menuju lokasi tersebut sudah diukur oleh Dinas PUPR Pemprov NTT dan dijadwalkan mulai dibangun pada 2022. (OL-13)

Baca Juga: Serang Kembangkan Objek Wisata Alam Sentra Budi Daya Sedap ...



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya