Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Mengulik Riwayat Kopi Pedalaman Meratus

Denny Susanto
15/6/2021 20:09
Mengulik Riwayat Kopi Pedalaman Meratus
Tanaman kopi di pedalaman Meratus Kalsel.(MI/Denny Susanto.)

TIDAK ada yang mengira jika di antara pepohonan di hutan Meratus di Kampung Mangkiling, Desa Datar Ajab, Hantakan, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, terdapat pohon-pohon kopi raksasa yang sudah berumur puluhan tahun. Karena tidak dirawat tanaman kopi yang ditanam di era 1980-an ini sudah menyatu menjadi belantara.

Pohon-pohon kopi ini tumbuh subur di dataran tinggi dengan diameter hingga sepaha orang dewasa dan tinggi mencapai 4-5 meter. Di bawah pohon bertebaran buah kopi yang jatuh karena terlalu matang dan sebagian sudah tumbuh menjadi anakan kopi. Jejak biji kopi kotoran musang (luwak) juga banyak terlihat.

Sumiati, 66, sengaja memperlihatkan kondisi tanaman kopi kepada anaknya, Kasman, setelah keluarga ini  memperbincangkan kabar tentang rencana kegiatan rehabilitasi lahan kritis oleh pemerintah dengan tanaman kopi. "Dulu sekitar 1983 ada pengusaha bernama Haji Darman (alm) yang mengajak masyarakat dayak meratus menanam kopi," cerita Sumiati sambil memperlihatkan butiran kopi yang sudah ranum sehabis dipetik dengan cara memanjat pohon kopi.

Sedikitnya ada 10.000 bibit kopi yang ditanam di lereng dan perbukitan kawasan pegunungan Meratus di Kecamatan Hantakan, tepatnya Desa Datar Ajab (Pantai Mangkiling) dan Desa Alat. Sayang tak berapa lama setelah kopi ditanam, Haji Darman pengusaha asal Kota Barabai mendadak meninggal dunia. Seketika kegiatan pengembangan perkebunan kopi di pegunungan Merarus ini ikut terhenti.

"Masyarakat kami tidak mengerti cara memelihara kopi juga tidak mengerti memasarkannya jika panen. Setelah meninggalnya Haji Darman tanaman kopi dibiarkan terbengkalai tidak sempat dipanen hingga saat ini. Banyak tanaman kopi yang mati atau diganti warga dengan tanaman lain. Namun sisa tanamannya masih cukup banyak," terang Sumiati, mantan pembakal (kepala desa) Pantai Mangkiling.

Sumiati dikenal sebagai tokoh sentral dalam perjuangan masyarakat dayak meratus menentang masuknya industri kayu di era 1980-an. Baginya, rencana pemerintah mengembangkan tanaman kopi memunculkan harapan baru bagi masyarakat pedalaman. "Saya cuma berharap nanti muncul kopi khas Mangkiling dan ekonomi warga pedalaman membaik," ujarnya.

Menurut catatan sejarah komoditas kopi masuk ke Indonesia seiring masuknya Belanda ke tanah Jawa dan terus berkembang hingga ke Pulau Kalimantan (tanah borneo). Serikat Petani Indonesia Kalsel menyebut waktu itu Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia hingga berakhirnya masa penjajahan.

Di era Soeharto pemerintah berupaya mengembangkan kembali komoditas kopi bersamaan dengan cokelat (kakao). "Selain jenis robusta yang tumbuh subur di tanah perbukitan, kopi jenis liberika banyak tumbuh di dataran rendah dan pesisir Kalimantan," tutur Dwi Putera Kurniawan, Ketua SPI Kalsel.

Di Kalsel menurut Dwi, akibat anjloknya harga kopi dan ekspansi besar-besaran sawit telah menyebabkan ribuan hektare tanaman kopi tergusur. "Kopi yang berasal dari puncak meratus atau pantai mangkiling ini belum banyak orang mengenalnya. Selama ini orang lebih mengenal kopi jenis robusta khas Kalsel yang berasal dari Aranio Kabupaten Banjar," ujarnya.

Selain itu, ada kopi jenis liberika yang ditanam di kawasan lahan gambut di wilayah Kabupaten Tanah Laut. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya