Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
CUACA ekstrem yang menyebabkan sendimentasi di wilayah pantai Moronopo, Halmahera Timur, tak menyurutkan para nelayan untuk mencari ikan. Shandy, salah satu nelayan di sana, mengatakan, sedimentasi itu tidak menyebar ke laut.
"Paling sedimentasinya berada di kedalaman 70 sentimeter. Penyebaran pasir merah sebatas itu dan tidak sampai ke laut. Jadi orang yang berlabuh atau memancing dari radius 400 meter itu masih bisa dapat ikan," kata Shandy.
Malah, kata Shandy, nelayan masih bisa dapat ikan bahkan mencapai 5 boks ikan teri. "Dapat ikan teri 4 boks sampai 5 boks itu dalam semalam termasuk banyak, karena rata-rata hanya 2 boks ikan teri," tuturnya.
Ia menambahkan, Shandy dan beberapa nelayan yang lain tidak terganggu dengan sedimentasi, karena tangkapan ikan masih relatif banyak. Terkait penjualan, biasanya ikan Shandy kirim ke Ternate dan ada juga pembeli yang datang ke Halmahera Timur. Ragamnya pun cukup banyak, mulai dari ikan teri sampai ikan kembung.
"Kalau mancing di kisaran 15-17 hari kami bisa mendapatkan 30 ton ikan teri. Kami biasanya main ikan teri kering 600 kg dan per kilonya Rp43 ribu. Kalau ikan teri sedang Rp50 ribu dan rata-ratanya di atas Rp30 jutaan per bulan," kata Shandy.
Nebuchadnezzar Akbar, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun, Ternate, mengatakan proses sedimentasi di Maronopo itu biasanya terjadi di hulu dan kemudian muaranya di hilir di daerah mangrove. "Jadi yang diperlukan sebetulnya yaitu penanganan di hilir untuk melakukan penanaman, rehabilitasi, dan introduksi," katanya.
Terkait cuaca ekstrem, ia juga merujuk pada data BMKG yang biasanya terjadi hujan atau curah hujan tinggi di Januari hingga April. "Intensitas hujan itu membawa material alami dari pegunungan kemudian masuk di daerah mangrove dan salah satu fungsi ekologi mangrove itu salah satu fungsinya menangkap sedimen ke perairan laut dalam, sehingga terjadi perangkap sedimen di daerah mangrove daerah hilir. Itu hal yang normal dan yang namanya vegetasi dan ekosistem mangrove secara ekologi pasti mengikat sedimen dari arah darat ke laut," tuturnya.
Begitu juga sebaliknya. Kalau dari laut ke darat itu sebagai bufferzone menahan laju gelombang. "Jadi yang terjadi di daerah mangrove itu dari darat berfungsi menangkap sedimen dari darat. Jangan heran mangrove penuh dengan sedimen daerah lumpur dan itu normal berarti fungsi ekologinya berjalan," lanjutnya.
Nebuchadnezzar menambahkan, dari catatannya, sedimentasi itu masuk kategori normal dan kedalamannya tidak seperti yang disampaikan di berita. "Kedalaman mangrove yang paling ujung yang saya maksud paling dalam saya ukur paling 30 sentimeter. Ke arah laut sedikit itu kedalamannya 70 sentimeter dan itu normal dan dipastikan itu berlumpur," katanya.
Dengan kondisi itu, para nelayan masih bisa menangkap ikan, karena aktivitas masih normal. Saat ini belum ada laporan terkait menyusutnya penangkapan ikan di Maronopo. (OL-14)
PENURUNAN permukaan tanah dan kenaikan permukaan laut menyebabkan migrasi besar-besaran para nelayan dari Pantura, khususnya daerah Indramayu, Cirebon, dan Tegal ke Jakarta.
Enam nelayan itu dilaporkan hilang sejak 15 Mei 2025 saat menangkap ikan mengunakan KM Berkat Baru di perairan selatan Pulau Rote.
AKTIVITAS penangkapan ikan mengunakan bahan peledak masih terus berlangsung di perairan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Para nelayan di wilayah terdampak mengatakan kekhawatiran mereka terhadap kondisi cuaca yang memburuk.
BMKG selalu mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama bagi nelayan yang beraktivitas dengan moda transportasi seperti Perahu Nelayan
Komitmen kepolisian dalam menindak tegas segala bentuk kejahatan yang merugikan masyarakat, khususnya nelayan.
DATA Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan total luas terumbu karang di Indonesia mencapai 2,5 juta hektar. Namun, sekitar 70% atau 1,75 juta hektar dalam kondisi rusak
Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) menyatakan kesiapan untuk mengimplementasikan Global Quality and Standard Programme (GQSP) Indonesia Fase 2.
Untuk tahun ini, Dinas Perikanan Batam menargetkan ekspor ikan ke Singapura sebesar 5.500 ton dengan nilai mencapai Rp250 miliar.
Melalui perjanjian ini, diharapkan kondisi kerja awak kapal perikanan migran Indonesia di Taiwan dapat semakin membaik.
Selama ini, para petani yang ingin beternak ikan terpaksa harus membeli benih ikan dari luar daerah seharga Rp1.000 per ekor.
Sebuah fenomena terjadi di Waduk Jatiluhur, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Lebih dari 100 ton ikan mengalami mati massal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved