Wisatawan Dilarang ke Petilasan Mbah Marijan Bila Tidak Pakai Jip

Ardi Teristi Hardi
03/6/2021 16:48
Wisatawan Dilarang ke Petilasan Mbah Marijan Bila Tidak Pakai Jip
Wisatawan menaiki mobil jip saat mengikuti wisata lava tour Merapi di Kaliadem, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (28/7/2020)(ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

PARIWISATA Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali mendapat penilaian yang tidak sedap. Setelah komentar di media sosial terkait harga pecel lele dan tarif parkir yang kemahalan, media sosial kembali ramai terkait adanya wisatawan di lereng Gunung Merapi yang mengaku tidak boleh ke petilasan Mbah Marijan jika tidak menyewa jip wisata.

Pengalaman itu dibagikan Iqbal Basyari (30) melalui Facebook. Warga Klaten itu menceritakan pengalamannya saat hendak berwisata ke petilasan Mbah Marijan, Cangkringan, Sleman. Saat masuk Padukuhan Ngrangkah, ia tidak diperbolehkan melanjutkan
perjalanan dengan mobil pribadi. Untuk sampai petilasan, ia diharuskan menggunakan jip wisata yang tersedia.

"Lur, mau tanya. Apakah kalau mau ke Dukuh Kinahrejo, tempatnya Mbah Marijan, gak boleh pakai mobil pribadi ya?" tulis dia di Facebook (30/5).

Ia bercerita, waktu hendak naik ke Kinahrejo dicegat sama petugas/warga di  sekitar 1,5 km sebelum Kinahrejo.

"Kami dipaksa parkir dan disuruh sewa mobil jip kalau mau naik ke tempat Mbah Marijan. Biaya sewa Rp350-Rp500 ribu, itu pun bentuknya tour bukan ngantar ke tempat yang mau saya tuju," jelas dia.

Ia pun sempat berhenti sekitar 20 menit. Saat itu, ia melihat motor, truk, dan jeep boleh naik lewat jalan tersebut.

"Ketika saya tanya ulang petugas, dia jelaskan kalau semua yang naik harus  pakai Jeep sehingga saya putuskan batal ke tempat mbah Marijan," kata dia.

Saat turun, ia tanya lagi petugas di Pos Retribusi dan jawabnya pun sama, harus sewa jeep. Padahal, jalan di sana mulus, bisa dilewati kendaraan roda  dua dan roda empat. "Apakah memang jalan umum di sana dimonopoli sehingga pengunjung wajib sewa jeep?" tulis dia.

Menanggapi hal tersebut, Sekda Kabupaten Sleman, Harda Kiswaya menyampaikan, pihaknya sudah menindaklanjuti peristiwa tersebut. Oknum tersebut, kata dia telah mendapat konsekuensi atas tindakannya itu.

"Mudah-mudahan tidak ada kejadian lagi," Rabu (2/6).

baca juga: Daerah Istimewa Yogyakarta

Menurut dia, kasus tersebut sudah diselesaikan. Harda juga menyampaikan, pemaksaan seperti itu ternyata sudah dilakukan
kedua kali. Pelakunya pun sama dan pernah membuat pernyataan tidak akan melakukan hal yang sama.

"Artinya, (kejadian ini) disikapi. Dulu (berjanji) tidak akan mengulang ya tentunya sekarang tindak lanjut komitmennya dulu," terang dia.  (N-1)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya