Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ADA banyak alternatif energi terbarukan untuk memenuhi target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 mendatang. Namun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terutama PLTS Atap adalah salah satu kunci untuk memenuhi target tersebut. PLTS Atap dinilai sangat efektif untuk menyukseskan program pemerintah dalam upaya meningkatkan kemandirian dan ketahanan energi nasional melalui pengembangan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Selain teknologinya yang relatif lebih mudah untuk diimplementasikan di segala area, termasuk di atap gedung, penggunaan PLTS Atap secara berkesinambungan juga berarti akan sejalan dengan program mitigasi perubahan iklim dengan penerapan teknologi ramah lingkungan yang rendah emisi karbon.
Baca juga: Proyek Rendah Emisi Harus Menjadi Prioritas
“Program penanggulangan dampak perubahan iklim dari Pemerintah Indonesia sudah sangat serius, salah satunya melalui target pencapaian bauran Enegi Terbarukan di 2025 melalui Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN). Pasokan matahari yang konsisten hadir setiap hari serta penerapan yang tidak memerlukan lahan terlalu luas, menjadikan PLTS Atap sebagai satu sektor industri yang terus didorong untuk berkembang,” ujar Dr. Ir. Dadan Kusdiana, M.Sc., Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam diskusi virtual bertema Sustainibility in The Digital Age.
Dadan menambahkan bahwa perkembangan penggunaan penggunaan PLTS Atap sangat pesat beberapa tahun terakhir ini. Sudah ada sekitar 3.007 pelanggan PLTS dengan kapasitas 21,404 MWp, yang sebagian besar menggunakan PLTS Atap.
"Terlebih sekarang, permintaan energi listrik sangat tinggi karena sebagian besar kegiatan belajar, bekerja dan bisnis dilakukan dari rumah. Masyarakat sudah sangat tergantung kepada pasokan energi listrik dan internet dalam kegiatan sehari-hari. Salah satunya melaui Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA), masyarakat dan para stakeholders didorong untuk mulai menggunakan PLTS Atap terutama dalam usaha mengurangi pengeluaran dari penggunaan energi sehari-hari di masing-masing bangunan,” tegasnya.
Senada, Hendra Suryakusuma, ketua umum Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) mengatakan bahwa Indonesia sudah memasuki posisi teratas sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, dengan pertumbuhan jumlah pengguna internet sekitar 22 juta orang per tahun. Meningkatnya pengguna internet, akan berbanding lurus dengan pengembangan data center sebagai ekosistem hulu yang pastinya akan membutuhkan penyokong suplai energi yang sangat besar oleh karena itu kini data center mulai melirik pemanfaatan teknologi energi terbarukan.
“Data center adalah ekosistem di hulu untuk IT yang harus terus mengimbangi ekosistem hilirnya, yaitu pengguna internet yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dimana sekarang sudah sekitar 65% masyarakat Indonesia telah melek internet. Teknologi IT sudah mulai canggih kamipun juga menjadi tertarik dalam menerapkan PLTS Atap untuk menjaga stabilitas energi sekaligus mendukung penggunaan energi yang ramah lingkungan di Indonesia” Ujar Hendra Suryakusuma.
Dalam kesempatan yang sama, I Made Aditya Suryawidya, Head of Business Solution SUN Energy, mengatakan bahwa karakteristik kebutuhan energi di perusahaan data center bisa dijawab oleh pengggunaan PLTS, terutama oleh PLTS Atap atau on grid, karena kebutuhan energi data center yang selalu memerlukan pasokan listrik selama 24 jam secara penuh tanda henti dan memiliki area atap yang bisa dimanfaatkan untuk pemasangan PLTS Atap.
“SUN Energy menawarkan investasi di awal adalah Rp. 0 bagi semua pihak, baik itu instansi, perusahaan, atau perumahan yang akan dipasang PLTS Atap. Semua biaya riset sampai pemasangan ditanggung oleh SUN Energy. Apabila sudah terpasang, akan terjadi penghematan pembayaran listrik PLN sekitar 30%. Yang penting pasang saja dulu,” tegas I Made Aditya Suryawidya. (RO/A-1)
Adapun langkah untuk mengurangi emisi karbon yaitu membuat pabrik yaitu pabrik CO2 cair, dan pabrik dry ice.
Sebuah pidato pada 7 Mei 2023 lalu di Gelora Bung Karno Jakarta ternyata menyentak dan menimbulkan riak.
Upaya Indonesia untuk mencapai Indonesia’s FOLU Net-Sink 2030 perlu diikuti dengan alokasi lahan yang selektif dan terkontrol untuk pembangunan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus menurunkan emisi gas buang kendaraan di ibu kota. Salah satunya menjadikan kawasan Kota Tua sebagai kawasan rendah emisi.
"Jakarta tengah bekerja menunaikan komitmennya untuk menjadi kota berketahanan dan kini kami telah menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26%," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
SANKSI tilang bagi motor dan mobil yang tidak lulus uji emisi akan efektif diberlakukan di DKI Jakarta hari ini, Senin (26/10).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved