Membuka Akses Meratus yang Terputus

PULUHAN warga Desa Alat dan Desa Alat Seberang, Kecamatan Hantakan dibantu relawan bergotong royong membangun jembatan darurat setelah hampir semua jembatan penghubung kedua desa tersebut hancur disapu banjir bandang tiga pekan lalu. Jembatan dibangun sederhana dengan menumpuk batuan sungai sebagai pondasi dan di atasnya ditaruh pohon bambu.

Pembangunan jembatan darurat ini untuk memudahkan  distribusi bantuan dan transportasi warga ke desa-desa serta dusun (kampung) lainnya. 

"Saat banjir bandang semua jembatan gantung penghubung antar desa putus dan beberapa rusak parah," ungkap Aswandi, Kepala Desa (Pembakal) Alat.

Jembatan bambu ini pun sudah kali kedua dibangun setelah jembatan sebelumnya yang baru selesai kembali hancur diterjang derasnya arus sungai. Selain jembatan bambu warga dusun lainnya terpaksa membuat rakit yang ditarik tali. Kondisi kerusakan infrastruktur berupa jalan, jembatan, permukiman dan sarana umum ini terjadi di puluhan desa yang ada di kaki Pegunungan Meratus.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Hulu Sungai Tengah, bencana banjir dan longsor di wilayah tersebut melanda 76 desa di 10 kecamatan. Sebanyak 22 ribu lebih rumah yang dihuni 28.183 keluarga atau 86 ribu jiwa terdampak bencana. 

"Banjir dan longsor juga menyebabkan 1.477 rumah rusak dan 197 rumah hilang. Tujuh orang warga tewas dan tiga lainnya dinyatakan hilang," tutur Kepala BPBD Hulu Sungai Tengah, Budi Haryanto.

           
Bantuan bagi warga korban banjir dan longsor ini terus berdatangan dari berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta. Distribusi bantuan tidak hanya lewat darat tetapi juga lewat udara menggunakan helikopter. Kemarin bantuan 20 ribu paket kebutuhan pokok warga dari Presiden RI Joko Widodo telah didistribusikan ke desa-desa terpencil.

"Upaya penanganan bencana dan pemulihan pasca bencana sangat terbantu oleh hadirnya relawan dari berbagai organisasi, perorangan bahkan banyak yang datang dari luar Kalsel bahkan luar negeri," ungkap Karmila, seorang relawan di Posko Induk Meratus di Desa Alat.

           
Sejumlah mahasiswa dan anggota IKA Universitas Islam Indonesia (UII) Jogyakarta sudah dua pekan berada di Kecamatan Hantakan untuk membantu rekonstruksi pasca bencana dengan membangun MCK dan hunian sementara. Demikian juga relawan lainnya.

Ratusan Titik Longsor di Sepanjang Meratus

Hingga kini masih banyak ruas jalan yang terputus akibat banjir dan longsor terutama jalan menuju dusun-dusun (sub desa) di bagian hulu Pegunungan Meratus. Relawan, TNI dan warga berjibaku membuka akses jalan yang terputus dan menyebabkan banyak desa terisolasi.

"Bantuan barang kebutuhan pokok saat ini sudah cukup dan yang terpenting adalah akses jalan di beberapa desa masih terputus, serta perbaikan permukiman mereka yang sebagian rusak dan hancur. Akses jalan yang putus membuat warga terisolasi dan tidak bisa membawa hasil kebun mereka," ujar Yandi, Kepala Desa Datar Ajab salah satu desa di hulu Pegunungan Meratus yang paling parah dilanda banjir.

baca juga: Tujuh Wilayah di Kalsel Dilanda Banjir

Pada saat bencana ada ratusan titik longsor di sepanjang Pegunungan Meratus. Pada awal-awal bencana belum ada alat berat. Upaya membuka akses jalan dilakukan manual. Banyak desa terisolasi hingga berhari-hari. Kini sebagian besar akses jalan yang tertutup longsor sudah bisa dilalui," tutur Emran, Petugas Babinsa di Kecamatan Hantakan saat memantau kegiatan pembukaan akses jalan menuju desa bagian hulu Pegunungan Meratus.

Bentang alam hijau pegunungan yang menawan dan sebelumnya menjadi daya tarik bagi wisatawan serta petualang tersebut berubah oleh banyaknya titik longsor yang membuat miris. Selain akses jalan warga juga sangat membutuhkan jaringan listrik dan telepon yang hingga kini belum pulih. (OL-3)