Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SEJAK awal tahun 2021, harga biji kakao kering di kawasan Provinsi Aceh, turun. Itu sebabnya petani tanaman bahan baku cokelat di bumi Serambi Mekkah tersebut sekarang resah.
Pasalnya penurunan harga itu telah menurunkan pendapatan para petani dan tidak sesuai lagi dengan ongkos kerja. Apalagi para pemilik kebun kakao yang harus memakai jasa pekerja atau membayar upah buruh.
Amatan Media Indonesia, Rabu (3/2), turunnya harga biji kakao itu diantaranya terjadi di Kabupaten Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tenggara dan Aceh Barat Daya. Itu adalah kawasan produktif dengan memiliki lahan kakao paling luas di Aceh.
Di Kabupaten Pidie misanya, harga biji kakao kering kwalitas bagus Rp26.000 per kg (Kilogram). Harga tersebut lebih rendah dari akhir 2020 yang mencapai 32.000 per kg.
Lalu untuk biji kakao kwalitas rendah yaitu dari sebelumnya pada Desember 2020 yang mencapai Rp28.000 per kg, kini turun menjadi Rp 25.000 per kg.
Penyuluh Relawan Kakao Aceh, Zakaria, kepada Media Indonesia, mengatakan turunnya harga biji kakao itu sangat mempengaruhi pendapatan petani. Apalagi ditengah kondisi pandemi covid-19 yang sedang mendera sendi perekonomian.
Namun Zakaria yakin, bahwa turunnya harga kakao sejak Januari 2021 bukan akibat covid-19. Menurutnya itu ada kemungkinan karena percaturan pasat.
"Ini harga yang kurang berpihak pada petani. Karena belum menggembirakan kalau dibanding dengan biaya produksi" tutur Zilfikar Yacob, tokoh tokoh petani kakau di Kabupaten Pidie. (OL-13)
Baca Juga: Petani Aceh Bersorak Harga Kakao Rp31 Ribu/Kg
Cokelat yang diterima masyarakat umum itu yang rasanya manis hanya sekian persen cokelatnya, selebihnya perisa dan gula.
Berbagai perusahaan dan ilmuwan kini berusaha menciptakan alternatif cokelat tanpa biji kakao dengan metode fermentasi dan teknologi kultur sel.
Regenerasi petani menjadi keniscayaan karena tenaga kerja pertanian saat ini banyak didominasi oleh petani usia lanjut.
Perlu ada transformasi sistem pangan untuk memastikan ketahanan pangan di tengah ancaman krisis iklim.
UNIVERSITAS Syiah Kuala (USK) melalui Pusat Riset Kopi dan Kakao Fakultas Pertanian (FP), menandatangani kerjasama dengan Fairtrade NAPP kembangkan kopi dan kakao
DI tengah kondisi perubahan iklim saat ini, pengusaha di sektor kehutanan perlu melakukan berbagai upaya untuk tetap meningkatkan produktivitas sembari menjaga dan memulihkan lingkungan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved