Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Pelaku Usaha Harus Jemput Bola untuk Hadapi Pandemi

Mediaindonesia.com
27/1/2021 13:25
Pelaku Usaha Harus Jemput Bola untuk Hadapi Pandemi
Ilustrasi(Dok.Ist)

PENDEMI covid-19 yang melanda banyak negara termasuk Indonesia memang telah melumpuhkan banyak sektor kehidupan masyarakat. Salah satu sektor yang paling terpukul akibat wabah tersebut yakni ekonomi.

Banyak pelaku yang usaha menjerit dan tidak sedikit pula yang terpaksa gulung tikar karena pandemi yang berkepanjangan tersebut. Hal itu pun dialami Liestiani Anisa (Icha), salah pelaku usaha online shop.

Baca juga: KemenkopUKM Dorong Potensi UMKM Lokal di Labuan Bajo

Perempuan asal Bogor itu mengaku usahanya juga sempat terganggu  di masa pandemi. Saat itu, kata dia, hampir tak ada order dan proyek baru di awal pandemi. Alhasil ia harus mengorek tabungan agar operasionalnya bisa tetap berjalan.

Baru di awal semester kedua 2020 ia bisa bernafas lega. Bisnisnya mulai membaik. Karena di masa itu pemilik online shop sudah kembali melakukan promosi, dan juga berkat jemput bola dengan melakukan pendekatan persuasif-optimis ke para pemilik online shop agar tetap melakukan promosi.

“Sebab kalau diam juga di masa pandemi, merupakan langkah yang kurang bijak. Karena demand terhadap suatu produk sebenarnya tetap ada, hanya saja cara bertransaksinya yang berubah,” terang wanita kelahiran 22 April 1989 itu.

Jadi melakukan promosi tetap diperlukan agar produk bisa terjual. Apalagi jika pengemasan promosinya menarik atau unik, maka dengan mudah produk bisa diserap pasar.

“Saat itu, saya yakinkan hal itu, lalu mereka mau coba. Dan saya bersyukur analisis saya terbukti. Pemilik online shop mengaku penjualan usaha mereka meningkat, mulai dari jilbab, baju, kosmetik, kebutuhan bayi dan mereka mengaku sekarang sudah bisa bounce back,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, tidak ada salahnya  memakai jasa endorse artis. Hal itu tak lepas dari pesona dan popularitas sang artis yang bisa membuat orang tertarik atau penasaran hingga akhirnya mau membeli sebuah produk.

Artis itu sendiri biasanya berada dalam manajemen artis. Salah satunya ialah Tutu Management (Tutu), manajemen artis milik Icha yang memiliki puluhan artis papan atas dan influencer sosial media. Sebut saja, Anissa Pohan, Nia Ramadhani, atau Syahnaz Sadiqah. Sejak berdiri pada 2015, Icha membawa Tutu dipakai jasanya oleh lebih dari 12.000 online shop maupun brand.

Menurut Icha, kunci suksesnya menjalani bisnis ialah menikmati prosesnya. Karena  bisnis yang ia jalani saat ini merupakan hasil dari proses yang panjang.  

"Jadi, awalnya itu saat barang online shop saya dipromosikan oleh artis yang saya kenal. Saya minta tolong mereka dan mereka mau. Waktu itu tidak bayar, kami hanya barter barang aja karena saat itu belum ada  juga istilah endorsement, dan instagram pun masih baru muncul. Nah, melihat akun online shop saya dipromosiin artis, teman-teman saya yang merupakan pemilik online shop pun pada nanya ke saya — di mana saat itu pemilik online shop ada Line Group-nya, dan mereka minta dibantu dipromosikan juga seperti itu, dan permintaan itu datang berkali-kali. Dari sanalah saya melihat peluang (baru) ini, dan saya coba jalanin," kata Icha seperti dilihat di postingan Instagram @chaliesti.

“Semuanya by process. Karena, sejujurnya, saya itu tipe orang yang easy going. Lihat aja ada masa tiga tahun waktu antara saya menjalani online shop sampai membuat perusahaan. Tiga tahun itu mengurus online shop-endorsement disambi menjadi karyawan. Itu, proses. Mungkin kalau tidak begitu jalannya, kalau saya langsung membuat perusahaan, mental saya belum tentu siap,” tambahnya.

Menikmati proses itu pula yang makin membuat Icha mengenal dunia digital, dan  kini ia tak hanya mengurusi soal endorse artis. Tapi juga digital marketing untuk usaha UMKM maupun brand, antara lain strategi kampanye, social media ads, konten produksi sampai ke pengelolaan sosial media. Itu karena endorse artis bukan solusi semua dari peningkatan penjualan, ada faktor lain juga cukup memengaruhi orang tidak mau beli produk. “Contohnya, kualitas foto belum bagus, copywriting-nya nggak bikin engange orang, atau desain feed IG-nya acak-acakan,” urai Icha  (RO/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya