Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Sumsel Gencarkan Ekonomi Syariah Meski Ditengah Pandemi

Dwi Apriani
22/1/2021 19:08
Sumsel  Gencarkan Ekonomi Syariah Meski Ditengah Pandemi
Ekonomi syariah(Ilustrasi)

EKONOMI syariah diprediksi bakal menjadi satu dari tiga kekuatan ekonomi baru tingkat nasional dan regional selain pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan digitalisasi perbankan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel, Hari Widodo mengatakan Indonesia berada di peringkat empat ekonomi dan keuangan syariah global.

Posisinya berada dibawah Malaysia di urutan pertama disusul oleh Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab. Sementara itu sektor ekonomi syariah lainnya seperti wisata halal, kosmetik dan produk kecantikan, obat dan kesehatan, fesyen dan zakat juga sangat besar sekali potensinya.

Semua potensi besar ekonomi syariah ini diharapkan bisa membangkitkan ekonomi syariah di tanah air. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi pangsapasar industri syariah saja padahal potensinya sangat besar.

 ‘’Indonesia harus bisa menjadi tuan rumah bagi ekonomi syariah jangan hanya sebagai  sasaran industri ekonomi syariah saja. Dan Sumsel juga memaksimalkan upaya untuk membangkitkan ekonomi syariah meski ditengah pandemi Covid-19 saat ini,’’ ujar Hari Widodo, kemarin.

Sementara itu, Kepala OJK Kantor Regional VII Sumatera Bagian Selatan, Untung Nugroho mengakui besar sekali potensi ekonomi syariah di Sumsel dan Indonesia secara umum juga global. Kekuatan ekonomi syariah Indonesia kini semakin kuat dengan mergernya tiga bank syariah menjadi Bank Syariah Indonesia dengan total aset yang lebih besar.

Baca juga : Program Masjid Tangguh Efektif Dukung PPKM di Kota Malang

‘’Besarnya potensi ini juga memiliki hambatan yakni pertama masih rendahnya market share di tingkat Sumsel hanya enam persen atau lebih kecil disbanding market share nasional,’’  jelasnya.

Kedua, literasi keuangan syariah juga masih rendah yakni indeks literasi 8,9 persen dan inklusi syariah sebesar 9,1 persen. Sementara itu indeks literasi dan inklusi nasional sebesar 38 dan 76 persen.

Ketiga, produk syariah masih terbatas dibanding produk perbankan konvensional, ke empat, adopsi teknologi belum memadai dibanding bank konvensional dan kelima pemenuhan SDM belum optimal.

‘’OJK memiliki kebijakan pengembangan keuangan syariah dengan memperkuat dukungan infrastruktur dan pembiayaan dari hulu dan hilir, mendorong lembaga jasa keuangan untuk membangun kawasan industri halal dan mendukung inisiatif bank wakaf mikro,’’ jelasnya.

Sementara itu, Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumsel, Achmad Syamsuddin mengatakan ada tujuh disrupsi ekonomi syariah yakni bonus demografi, pertumbuhan kelas menengah, urbanisasi, pembangunan infrastruktur, dana desa, teknologi digital dan saling ketergantungan global.

Ketujuh faktor tersebut ikut mempengaruhi perekonomian syariah. Syamsudin memberikan contoh misalnya saja potensi wakaf di tanah air sangat besar yang mencapai Rp 72 triliun. Potensi zakat yang besar ini bisa dimanfaatkan dengan menggandeng fintech ramah zakat karena pemanfaatan teknologi digital saat ini sudah semakin mudah.

‘’Hambatan masih rendahnya literasi dan inklusi keuangan syariah perlu ditingkatkan untuk  membangkitkan potensi ekonomi syariah,’’ ujar Achmad Syamsudin. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya