Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tempe di Bandarlampung Lebih Tipis Tapi Harga Tetap

Mediaindonesia.com
06/1/2021 00:15
Tempe di Bandarlampung Lebih Tipis Tapi Harga Tetap
Para perajin tempe yang berada di Kampung Panglayungan, KecamatanCipedes, Kota Tasikmalaya, terpaksa harus mengurangi produksi(MI/Kristiadi)

KENAIKAN harga kedelai sebagai salah satu bahan baku pembuatan tempe membuat para perajin bersiasat. Salah satunya perajin tempe di Kelurahan Gunung Sulah, Kota Bandarlampung, mengurangi ukuran ketebalan panganan tersebut sehingga tetap dapat berproduksi.

"Salah satu cara untuk terus bertahan ya kita kurangi ketebalannya tapi tidak menaikkan harga jual di pasaran. Maksudnya ukuran plastik tempe masih seperti dulu cuma isinya lebih tipis saja dan harga jual tetap," kata salah satu perajin tempe di Gunung Sulah, Suyitno, di Bandarlampung, Selasa (5/1).

Ia mengungkapkan harga kedelai impor saat ini berkisar Rp9.000 per kilogram, normalnya harga bahan pokok membuat tempe tersebut berkisar Rp6.800 sampai Rp7.000 per kilogram.

"Kenaikan harga kedelai ini sudah dari tiga bulan lalu. Naik harga bertahap dari Rp100, Rp200 hingga sekarang sampai Rp2.000 per kilogram naiknya," ungkapnya.

Menurutnya, hal tersebut cukuplah berat bagi perajin apalagi sekarang sedang dalam masa pandemi covid-19, rata-rata sudah mengurangi jumlah produksi.

"Sebelum pandemi saya bisa produksi 80 kilogram sehari, di masa covid-19 ini kita kurangi sedikit sekitar 60 kg sampai 70 kg sehari," tukasnya.

Baca juga: Harga Kedelai Tinggi, Pengolahan Tempe dan Tahu Kurangi Produksi

Ia pun berharap harga kedelai ini kembali normal ataupun para perajin mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti halnya dahulu.

"Dulu pernah juga harga kedelai naik tinggi, tapi waktu itu kami langsung mendapatkan subsidi dari pemerintah sampai harganya kembali normal baru dicabut bantuannya," ucapnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi menyebutkan naiknya biaya angkut dan transportasi turut menjadi faktor yang menyebabkan melonjaknya harga kedelai di pasar dunia.

"Faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga kedelai impor yakni ongkos angkut yang juga mengalami kenaikan. Waktu transportasi impor kedelai dari negara asal yang semula ditempuh selama 3 minggu menjadi lebih lama yaitu 6 hingga 9 minggu," kata Suwandi.(Ant/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya