Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Gerakan Rindu Kampung Untuk Populerkan Kampung Maghilewa

Ignas Kunda
30/11/2020 11:32
Gerakan Rindu Kampung Untuk Populerkan Kampung Maghilewa
Anak-anak berfoto di depan Kampung Adat Maghilewa di Desa Inerie, Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada, NTT.(MI/Ignas Kunda)

KAMPUNG Adat Maghilewa di Desa Inerie, Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada, NTT kini tengah bersiap menerima kunjungan wisatawan setelah mengalami revitalisasi beberapa waktu lalu. Sejumlah tokoh dan anak milineal dari kampung terletak di lereng selatan Gunung Inerie ini melakukan gerakan rindu kampung halaman sebagai bentuk promisi kampung adat Maghilewa kepada wisatawan.

Gerakan rindu kampung halaman ini diinisiasi oleh lembaga Dhehga Nua di bawah naungan Yayasan Arnoldus Wea. Kegiatan gerakan rindu kampung halaman ini dilaksanakan secara virtual melalui diskusi bertema Menggali sejarah Maghilewa untuk menyongsong masa depan dan lomba foto kampung adat.

Aroldus Wea selaku inisiator menbatakan bahwa gerakan rindu kampung halaman tidak sekadar sebagai tempat tinggal, kampung halaman juga menjadi titik awal pembentukan karakter manusia. Untuk itu ia bersama teman-temannya dalam komunitas menggerakkan kampung adat Maghilewa untuk direvitalisasi. 
 
Program yang sudah dimulai dan sedang berjalan ini di antaranya revitalisasi rumah adat dan pembentukan komunitas yang menunjang usaha kreatif dan pariwisata. Mimpi besar yang ingin dituju dari berbagai upaya tersebut adalah membangun ekonomi, sosial dan budaya masyarakat setempat. 

"Tidak hanya pembangunan dan pengembangan fisik. Aparat desa dan masyarakat lokalnya harus dipersiapkan juga. Diskusi tentang sejarah Maghilewa ini bisa menjadi landasan pengembangan Maghilewa di masa depan. Karena sejarah menjadi penentu arah masa depan," kata Arnold., Senin (30/11).

Kabid Pemasaran dan Promosi Dinas Pariwisata Kabupaten Ngada, Ivan Botha mengakui kampung adat Maghilewa termasuk kampung yang belum banyak disentuh oleh pemerintah maupun swasta.

"Kalau kampung adat Bena, Gurusina, dan Tololela sudah banyak dikenal. Kalau ingin Maghilewa menjadi magnet pariwisata, perlu diperhatikan kembali dengan melakukan branding yang lebih kencang," imbuhnya.

Tokoh Maghilewa, Nikolaus Loy yang juga dosen di UPN  Veteran Yogyakarta menerangkan diskusi mengenai sejarah Maghilewa ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi sekaligus merekam berbagai tradisi lisan dari masyarakat, khususnya tokoh masyarakat yang pernah merasakan hidup dengan tradisi masa lalu. Atau setidaknya pernah mendengar cerita dari kakek-nenek dan membaca catatan lain. Cerita-cerita lisan tersebut akan menjadi bahan dasar untuk riset dan pengembangan Maghilewa ke depan.

"Saya mengajak rekan dosen lainnya untuk bergabung dalam diskusi. Mereka inilah yang nantinya dipersiapkan untuk melakukan riset lanjutan berdasarkan hasil diskusi awal ini, kemudian merancang cetak biru masa depan Maghilewa," katanya.

Agustinus Ghedo Turu, jurnalis sekaligus sastrawan senior dan putra asli Maghilewa berkisah banyak tentang sejarah kampungnya itu. Agustinus menarasikan banyak hal. Mulai dari sejarah dan makna nama Maghilewa, kisah tentang orang mencari emas pada tahun 1800-an, sejarah masuknya penjajah dan pembawa ajaran agama. 

baca juga: Kemenparekraf Sasar Empat Kota Untuk Sosialisasi CHSE

Menurut Agus Turu, bila diklasifikasikan sejarah Maghilewa secara umum terbagi menjadi dua periode waktu. Yaitu sebelum dan sesudah tahun 1920. Periode sebelum tahun 1920 itu dianggap sebagai masa kehidupan orang Maghilewa yang asli, dalam artian belum ada pengaruh apapun dari budaya luar. Pasca 1920, setelah penyebar ajaran agama dan pendidikan formal masuk, Maghilewa mengalami perubahan dan membentuk sejarah tersendiri. Ia menganjurkan kaum milenial memanfaatkan media sosial untuk menulis sejarah rumahnya sendiri.
 
“Kenapa tidak menulis tentang sejarah Sa’o (rumah besar yang ada di kampung tradisional)? Hal itu lebih berguna untuk memperkenalkan kepada khalayak luas, sekaligus sebagai warisan buat anak-cucu kelak," pesannya. (OL-3)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya