PERUBAHAN iklim bukan lagi fiksi. Dampaknya sudah dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Atas isu tersebut, Pemerintah Indonesia berencana menurunkan gas rumah kaca sebanyak 26% pada 2020, dan meningkat hingga 29% pada 2030 mendatang.
Berdasarkan konvensi perubahan iklim yang telah diratifikasi, target untuk emisi karbon yang harus diturunkan di sektor energi sebesar 11%. Demi mendukung target penurunan emisi karbon indonesia itu, diperlukan koordinasi dari seluruh pihak. Upaya mendorong target penurunan emisi di sektor energi dapat dilakukan melalui peningkatan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).
Baca juga: Lima PLTS Siap Menerangi Desa-Desa di NTT
“Provinsi Jawa Barat dengan populasi terbesar berbanding lurus dengan penggunaan energi para penduduknya. Guna meminimalkan dampak lingkungan dari sumber energi fosil di Jawa Barat, pemprov melalui Rencana Umum Energi Daerah menargetkan 20% penggunaan sumber energi baru dan terbarukan pada 2025. Kami mencatat potensi penggunaan tenaga surya di Jawa Barat sebesar 9GW,” ungkap Ir. Bambang Rianto, M.Sc, Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, yang diwakili oleh Kepala Bidang Energi ESDM Provinsi Jawa Barat, Slamet Mulyanto, ST., MT saat meresmikan PLTS Atap yang dipasang oleh SUN Energy di atap pabrik PT Fonterra Indonesia pada Kamis (15/10).
Fonterra Indonesia merasa perlu menemukan cara untuk dapat berkelanjutan memberikan produk bernutrisi di masa mendatang dengan melindungi lingkungan dan membantu memulihkannya kembali. Salah satu inisiatifnya adalah dengan menggunakan energi ramah lingkungan melalui pemasangan PLTS Atap di pabrik Cikarang, Jawa Barat.
“Kami berhasil menginstalasi PLTS atap berkapasitas 381,84 kWp dengan memanfaatkan lahan seluas 3,350 m2, sekitar 85% dari total luasan atap. Di bulan pertama, kami telah mendapat efisiensi energi dan biaya sebesar 30%. Pemasangan PLTS Atap ini diestimasikan akan menghasilkan efisiensi energi hingga 478,500 kWh per tahun,” ujar Mohammad Aslam, Plant Manager Fonterra Indonesia.
Dengan target mengurangi emisi Gas Rumah Kaca sebesar 30% pada aktifitas manufaktur Fonterra pada 2030, SUN Energy menjadi mitra untuk memastikan aksi keberlanjutan terhadap lingkungan terus meningkat. Roy Wijaya, selaku Direktur Utama SUN Energy, mengatakan dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, mereka sudah dapat menggunakan sumber energi bersih sebagai usaha untuk mengurangi emisi karbon dari aktivitas operasionalnya.
"Kami mengapresiasi inisiatif sektor komersial dan industri yang mulai memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber energi. Tahun ini, kami mencatat kenaikan permintaan instalasi sistem tenaga surya sebesar hampir 40% dibanding tahun sebelumnya.”
Pada kesempatan yang sama, Ketua AESI, Andhika Prastawa, mengungkapkan, capaian pemerintah pusat maupun daerah atas penggunaan EBT sebenarnya masih jauh dari target 2020 yang sebesar 23%. “Meski begitu terjadi peningkatan jumlah yang signifikan dalam pemasangan PLTS atap, terutama untuk sektor komersial dan industri,” tegas Andhika Prastawa.
Kolaborasi dari berbagai industri dengan sektor swasta dalam meningkatkan pengguna PLTS Atap adalah kontribusi nyata untuk mendukung program Gerakan Nasional Surya Sejuta Atap dan program pemulihan lingkungan pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Realisasi ini membutuhkan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, daerah, asosiasi, dan masyarakat untuk mendorong penggunaan PLTS sehingga tercipta energi yang bersih dan ramah lingkungan. AESI melalui Gerakan Nasional Surya Sejuta Atap (GNSSA) yang didukung oleh Kementrian ESDM, Kementrian Perindustrian, BPPT, dan berbagai asosiasi, terus berupaya mendorong pemerintah untuk menerbitkan berbagai regulasi sehingga penggunaan tenaga surya semakin meningkat. Dan mengapresiasi seluruh sektor yang beralih menggunakan EBT. (Ant/A-1)