Ini Upaya Pemkab Kediri Tanggulangi Erupsi Gunung Api

Ferdian Ananda Majni
13/10/2020 05:45
Ini Upaya Pemkab Kediri Tanggulangi Erupsi Gunung Api
Pesawat komersial tertutup abu vulkanik di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta, akibat meletusnya Gunung Kelud di Kediri.(ANTARA/Regina Safri)

INDONESIA, yang terdiri dari gugusan pulau, berada di jalur cincin api Pacific atau ring of fire. Wilayah Tanah Air yang subur memiliki 127 gunung api aktif yang tersebar sepanjang Sumatra sisi barat hingga wilayah Indonesia bagian Timur.

Menyikapi kondisi tersebut, perlu ada penguatan sistem peringatan dini. Hal itu merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, ataupun masyarakat untuk mengurangi dampak bencana yang ditimbulkan, khususnya korban jiwa.

Penguatan sistem peringatan dini bukan hanya penguatan alat deteksi maupun monitoring namun kemampuan respon masyarakat terhadap bencana juga perlu ditingkatkan.

Baca juga: Curah Hujan Tinggi, Pemda Harus Siaga Bencana

Bupati Kediri Haryanti Sutrisno menjelaskan, berdasarkan kajian risiko bencana, erupsi Gunung Kelud merupakan salah satu potensi bencana di Kabupaten Kediri. Sejak ribuan tahun lalu, Gunung Kelud telah erupsi puluhan kali.

"Sejak 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 VE. Letusan terakhir Gunung Kelud terjadi pada 2014 pada 13 Februari pukul 21.15 diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV), sehingga radius 10 km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Hanya dalam waktu kurang dari dua jam, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan pertama yang menyebabkan hujan kerikil cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur," jelas Haryanti saat seminar virtual dalam rangka Bulan Peringatan Risiko Bencana di Bogor, Senin (12/10).

Menurutnya, untuk membangun sinergitas dan ketangguhan, pemerintah daerah, masyarakat, dan komunitas penggiat kebencanaan secara masif dilakukan sejak 2010 melalui berbagai upaya kegiatan pengurangan risiko bencana letusan Gunung Kelud.

"Wujud sinergisitas dan ketangguhan pemerintah daerah, masyarakat, dan komunitas penggiat kebencanaan dalam melakukan respon peringatan dini Gunung api Kelud, dengan membangun kesadaran tentang pengurangan risiko, membentuk radio komunitas guna tersebarnya informasi dengan cepat, membangun kapasitas masyarakat dalam hal manajemen bencana seperti penentuan jalur evakuasi dan penentuan tempat pengungsian, dan terakhir rutin mengadakan simulasi," sebut Haryanti.

Selain itu, guna membangun kesiapsiagaan masyarakat terhadap peringatan dini Gunung Kelud dalam menghadapi letusan di masa mendatang, dilakukan berbagai langkah, mulai dari pembentukan tim siaga bencana hingga pemasangan rambu peringatan.

"Program kegiatan guna meningkatkan kapasitas masyarakat di Gunung Kelud dalam menghadapi letusan dimasa mendatang adalah pembentukan tim siaga bencana desa (TSBD) di semua desa yang masuk dalam Kawasan Rawan Bencana Gunung Kelud dan desa penyangga. Membentuk Desa tangguh bencana (Destana) di enam desa di KRB II Gunung Kelud. Membangun sistem Informasi Desa (SID) di enam desa di KRB II Gunung Kelud, sebagai upaya penyiapan kebutuhan data terpilah," kata Haryanti.

"Selanjutnya, membentuk desa bersaudara (Sister Village) di enam desa di KRB II Gunung Kelud berpasangan dengan sepuluh desa yang berada diluar KRB Gunung Kelud, sebagai upaya menjawab kepastian tempat pengungsian," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya