Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
SEBUAH siklus umpan balik iklim yang lambat kemungkinan sedang berlangsung di bawah lapisan es luas Antartika. Benua dingin tersebut, terbagi menjadi bagian timur dan barat oleh Pegunungan Transantartika, menyimpan gunung-gunung berapi besar seperti Gunung Erebus beserta danau lava ikoniknya.
Namun, di sana terdapat lebih dari 100 gunung berapi lainnya yang kurang dikenal, banyak di antaranya terletak di sepanjang pantai barat Antartika. Beberapa gunung berapi ini menjulang di atas permukaan, sementara yang lainnya terkubur beberapa kilometer di bawah Lapisan Es Antartika.
Perubahan iklim telah menyebabkan pencairan lapisan es, yang berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut global.
Selain itu, pencairan ini juga mengurangi beban di atas lapisan batuan di bawahnya, memberikan dampak lokal yang signifikan. Fenomena pencairan lapisan es terbukti telah meningkatkan aktivitas vulkanik di gunung berapi subglasial di berbagai belahan dunia.
Seorang peneliti bernama Coonin dan timnya telah melakukan 4.000 simulasi komputer untuk menganalisis bagaimana hilangnya lapisan es berpengaruh terhadap gunung-gunung berapi yang tertimbun di Antartika. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pencairan yang bertahap dapat memacu jumlah dan ukuran letusan gunung berapi subglasial.
Ini terjadi karena pelepasan beban dari lapisan es mengurangi tekanan pada ruang magma di bawah permukaan, yang mengakibatkan magma yang tertekan mengembang. Proses pemuaian ini kemudian meningkatkan tekanan pada dinding ruang magma, yang berpotensi memicu letusan.
Selain itu, beberapa ruang magma menyimpan gas-gas volatil dalam jumlah besar, yang biasanya terlarut dalam magma. Ketika magma mendingin dan tekanan dari lapisan penutup berkurang, gas-gas ini keluar dari larutan, mirip dengan karbonasi yang terjadi saat membuka botol soda, sehingga meningkatkan tekanan di dalam ruang magma. Dengan demikian, pencairan es menjadi faktor yang mempercepat potensi letusan dari gunung-gunung berapi subglasial.
Walaupun letusan gunung berapi subglasial tidak terlihat di permukaan, dampaknya terhadap lapisan es dapat signifikan. Panas yang dihasilkan dari letusan ini mampu mempercepat pencairan es di kedalaman dan melemahkan lapisan es di atasnya, yang dapat memicu siklus umpan balik dengan berkurangnya tekanan dari permukaan dan memunculkan letusan gunung berapi lebih lanjut.
Para peneliti menegaskan bahwa proses ini berlangsung lambat dan dapat berlangsung selama ratusan tahun. Meski begitu, ini menunjukkan bahwa umpan balik yang mungkin terjadi masih dapat berlanjut meskipun upaya pengurangan pemanasan global dilakukan.
Selama zaman es terakhir, lapisan es Antartika jauh lebih tebal, dan ada kemungkinan bahwa proses pelepasan serta perluasan magma dan gas seperti ini juga berkontribusi pada letusan yang terjadi di masa lalu. (livescience/Z-1)
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan mengenai radius bahaya Gunung Lewotolok yakni sejauh dua kilometer.
Masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Peneliti berhasil mengidentifikasi bahwa letusan besar pada 1831 berasal dari Kaldera Zavaritskii, sebuah gunung berapi yang terletak di Pulau Simushir, bagian dari Kepulauan Kuril.
Saat ini, monitor di Axial menunjukkan adanya penggelembungan pada permukaan gunung bawah laut tersebut, mengindikasikan pergerakan magma.
Tim putra Musica Champions sukses mempertahankan gelar juara Djarum Superliga Badminton.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved