PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) menggunakan serbuk kayu bersama batu bara untuk memproduksi listrik di 11 PLTU. Penggunaan serbuk kayu itu mendukung upaya pemerinth meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) hingga mencapai 23% pada tahun 2025.
"Lebih efisien sehingga PJB masih mendapatkan margin karena limbah kayu Rp350 ribu per metrik ton, adapun batu bara Rp700 ribu per metrik ton," kata Kepala Bidang Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan PT PJB Ardi Nugroho, Jumat (25/9).
Dalam Webinar dengan tema "Efektivitas dan Potensi Biomassa Program Co Firing Pembangkit", Ari mengungkapkan kebutuhan biomassa mencapai 15 ribu ton per bulan.
Di unit pembangkitan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, total penggunaan serbuk kayu mencapai lebih dari 3800 ton. Pemanfaatan serbuk kayu untuk CoFiring itu dipasok oleh industri kayu.
"Energi hijau yang dibangkitkan sekitar 4000 MWH," imbuhnya.
Khusus untuk PLTU Paiton 1-2 saat ini sudah memasuki fase komersial. Nantinya, CoFiring semula 5% akan ditingkatkan bertahap 10% hingga 40%.
"Berikutnya kami akan melakukan uji coba di PLTU Bolok, PLTU Tembilahan, PLTU Pulang Pisau dan PLTU Bangka," ucapnya.
Baca juga: Kelistrikan Aman Walau Ubur-ubur Penuhi Perairan PLTU Paiton
Nantinya, penggunaan serbuk kayu merambah PLTU lainnya di seluruh Indonesia yakni PLTU Paiton 2x400MW, PLTU Ketapang 2x10MW, PLTU Indramayu 3x330MW, PLTU Tenayan 2x100MW dan PLTU Rembang 2x300 MW. Berikutnya yaitu PLTU Anggrek 2x25MW, PLTU Belitung 2x16,5MW dan PLTU Kaltim 2x110MW, PLTU Pacitan 2x300 MW, PLTU Paiton 9 660MW serta PLTU Ropa 2x7MW.
Sementara itu peneliti di Pusat Penelitian Energi Berkelanjutan Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS Surabaya Ary Bachtiar Krishna Putra mengatakan penggunaan biomassa untuk energi terbarukan lebih hemat.
"Manfaat sosialnya lebih tinggi," kata Ary.
Manfaat itu di antaranya mendukung pengurangan bahan bakar berbahaya dan hutan yang sehat, mengurangi material limbah yang dibuang di tempat pembuangan sampah, meningkatkan kualitas udara, pengurangan gas rumah kaca serta dapat mengurangi biaya transportasi karena didapatkan dari wilayah sekitar.
"Meskipun memiliki banyak manfaat, namun masa depan penggunaan biomassa tetap tergantung pada kebijakan pemerintah," tuturnya.(OL-5)