Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Konflik Harimau Sumatra dengan Warga Kembali Terjadi di Tapsel

Yoseph Pencawan
31/8/2020 14:57
Konflik Harimau Sumatra dengan Warga Kembali Terjadi di Tapsel
Harimau Sumatra yang masuk ke permukiman warga di Tapsel sedang ditangani tim medis bbksda(Ist)

KONFLIK satwa liar Harimau Sumtera atau Panthera Tigris Sumatrae dengan warga kembali terjadi di Desa Tapus Sipagimbal, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya (BBKSDA) Sumut Hotmauli Sianturi mengatakan konflik sebenarnya sudah terjadi sejak bulan Mei 2020. Konflik sempat surut, tetapi kini kembali marak.

"Pada Selasa 4 Agustus 2020, diterima informasi dari masyarakat tentang keberadaan Harimau Sumatra yang memangsa seekor anjing dan ular serta ternak warga," kata Hotmauli, Senin (31/8).

Kemudian, lanjut, Hotmauli, pada Sabtu (15/8), harimau kembali memangsa seekor kambing ternak warga di areal permukiman.

Setelah menerima laporan tersebut, tim BBKSDA Sumut turun ke lokasi pada Sabtu (22/8), dan bersama-sama dengan petugas Koramil setempat, pihak kecamatan serta masyarakat memasang perangkap (kandang jebak).

Tindakan ini dilakukan karena konflik tersebut dinilai sudah dalam situasi yang mengkhawatirkan.

"Setiap hari Harimau Sumatra masuk ke permukiman warga," ujar Hotmauli.

Upaya yang dilakukan Tim berhasil. Pada Senin (24/8), Harimau Sumatra tersebut masuk ke dalam perangkap. Selanjutnya "si raja hutan" dievakuasi dan di observasi ke Sanctuary Harimau Barumun Nagari untuk menjalani pengecekan kondisi kesehatan oleh tim BBKSDA dan tim medis dari Sanctuary Harimau Barumun.

Kepala Subbag Data, Evlap dan Kehumasan BBKSDA Sumut Andoko Hidayat merinci, pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi pengukuran berat badan, tinggi dan panjang badan.

Kemudian dilakukan juga pemeriksaan gigi (untuk estimasi umur), pengambilan sampel darah (untuk pemeriksaan darah rutin, kimia darah dan DNA), serta tindakan medis lain (pemberian cairan infus, vitamin, obat cacing dan antibiotik).

Berdasarkan hasil pemeriksaan Tim Medis diketahui bahwa Harimau Sumatra yang diberi nama "Sri Bilah" ini berkelamin betina dengan umur 2-3 tahun.

Kondisi kesehatan harimau seberat 45,2 kg itu secara umum dalam kondisi sehat, tetapi mengalami malnutrisi, tidak mendapatkan pakan yang cukup sehingga tubuhnya terlihat agak kurus.

Harimau juga mengalami dehidrasi dan anemia yang mengakibatkan kondisinya terlihat lemah. Selain itu juga banyak ditemukan parasit externa (kutu) pada tubuhnya.

Sedangkan hasil laboratorium pemeriksaan darah menunjukkan eritrosit menurun yang menandakan harimau ini mengalami anemia.

Baca juga:  Konflik Meningkat, Populasi Harimau Semakin Terancam

Dari hasil pemeriksaan fisik, kondisi satwa tersebut terlihat dehidrasi dengan ciri muka pucat dan tubuhnya terlihat lemah.

Hasil pemeriksaan kimia darah juga menunjukkan adanya peningkatan bilirubin, SGOT dan SGPT yang menandakan adanya gangguan fungsi hati pada harimau tersebut.

"Namun tim medis belum bisa memastikan apakah gangguan hati ini bersifat akut atau kronis. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan," kata Andoko.

Sampai saat ini, tim medis masih melakukan observasi lanjutan untuk melihat perkembangan kondis harimau pascapengobatan pertama.

Terutama pemeriksaan fungsi hati dengan melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium.

Tim medis juga memonitoring hal-hal lain seperti nafsu makan, agresifitas serta pergerakannya.

Bila hasil pemeriksaan akhir tim medis nanti menyatakan kondisi harimau sudah dalam keadaan sehat serta direkomendasikan layak untuk dilepasliarkan, maka BBKSDA Sumut akan melepasliarkan ke habitatnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya