Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Lembata Luncurkan Program Ketahanan Pangan Saat Wabah Covid-19

Alexander P. Taum
23/4/2020 12:45
Lembata Luncurkan Program Ketahanan Pangan Saat Wabah Covid-19
Ilustrasi bertani di halaman rumah.(MI/Yose Hendra)

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, meluncurkan dua program unggulan sebagai strategi menjaga ketahanan pangan selama masa pandemi Covid-19. Kini Dinas Pertanian setempat gencar mengampanyekan program KRPL dan Lumbung Pangan, sebagai program unggulan mengantisipasi dampak kekurangan pangan bagi warga.

"Pertama adalah Kawasan Ramah Pangan Lestari (KRPL), mempergunakan halaman rumah sebagai basis ketahanan pangan. Di pekarangan bisa tanam sayur, bisa tanam ubi, dan segala macam pangan lokal," ujar kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan, dr. Mathias Beyeng, Kamis (23/4/2020).

Kedua mengaktifkan kembali lumbung-lumbung pangan desa. Di dalam lumbung pangan desa itu, tersimpan bahan kebutuhan bahan pokok. Desa boleh membeli bahan makanan pokok untuk disimpan di lumbung pangan desa, kemudian dibagikan kepada warga yang membutuhkan selama pandemi covid-19.

Baca Juga: Berdaulat Pangan dari Halaman Rumah

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lembata, dr Mathias Beyeng, menandaskan, ada tiga Kecamatan di Kabupaten Lembata, yang mengalami gagal panen di atas 70%. Tiga kecamatan itu adalah Kecamatan Ile Ape, Ile Ape Timur dan Kecamatan Buyasuri.

Sedangkan hasil panen pada 6 Kecamatan lain di Kabupaten Lembata tahun 2020 sangat menggembirakan. Panen di Lembata sudah dilaksanakan pada April dan Mei.

"Hasil panen jagung kali ini di atas 8.000 Ha dari total 11.000 Ha lahan. Sementara itu, defisit beras yang selalu menjadi masalah di Kabuaten Lembata dapat ditutupi dengan pasokan beras melalui perdagangan antar wilayah dari luar Lembata. Sebab produksi beras di Lembata hanya 52 Ha lahan basah, sisanya lahan kering untuk konsumsi sendiri," ujar dr Mathias Beyeng.

Kebutuhan beras di Lembata, berdasarkan standar konsumsi beras yakni 1.010 ton per bulan. Rata-rata 70% kebutuhan beras selama ini dipasok melalui perdagangan beras antar pulau. (PT/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya