Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
JURU Bicara Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk Penanganan Covid-19, Marius Jelamu mengatakan pembangunan laboratorium
Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk memeriksa swab pasien terpapar virus korona hampir rampung.
Laboratorium dijadwalkan beroperasi akhir April 2020, namun masih terkendala reagen (zat pereaksi) untuk tes swab. "Kita masih tunggu reagen yang dikirim dari Korea Selatan," kata Marius Jelamu di Kupang, Rabu (15/4).
Menurutnya, impor reagen dilakukan Kementerian Kesehatan untuk selanjutnya dibagikan kepada seluruh provinsi. Selama belum ada reagen, pemeriksaan terhadap swab yang dikirim dari NTT butuh waktu lama.
Dia mencontohkan swab satu pasien korona yang dirawat di Rumah Sakit WZ Johanes, Kupang dikirim ke Laboratorium di Jakarta pada 27 Maret. Namun hasilnya baru keluar pada 9 April.
Selain persoalan tersebut, NTT juga masih mengalami kendala dalam pemenuhan kebutuhan alat pelindung diri (APD). Pasalnya stok APD di pasaran terbatas. "Ada uang tapi barangnya tidak ada," ujarnya.
Persoalan lain tambahnya, adalah masih banyak warga yang melakukan kontak dengan pasien terpapar korona atau datang dari daerah terpapar virus korona, enggan bersedia melapor. Sampai saat ini baru 14 orang yang melapor dan telah menjalani pemeriksaan kesehatan.
"Kita harapkan kejujuran dan itu sangat penting untuk memutus rantai penularan virus ini," tandasnya. (R-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved