Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

BMKG Ingatkan Potensi Banjir Bandang di Lereng Merapi masih Ada

Ardi Teristi Hardi
22/2/2020 18:56
BMKG Ingatkan Potensi Banjir Bandang di Lereng Merapi masih Ada
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati.(MI/Ardi Teristi Hardi)

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati mengingatkan masih adanya potensi banjir bandang di lereng Merapi. Pasalnya, pada Februari ini merupakan puncak musim hujan.

"Februari merupakan puncak musim hujan dan (curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi hingga) sampai maret. Kita masih mewaspadai banjir dan banjir bandang di kaki lereng Merapi," kata dia ketika ditemui di Kantor Stasiun Klimatologi, Mlati, Sleman, DIY.

Ancaman banjir bandang di lereng merapi masih ada karena masih memasuki puncak musim hujan dan karakter lereng Merapi yang curam. Air dalam jumlah besar yang turun di atas akan menjadi besar begitu menemui daerah yang sedikit datar. "Awan CB masih berseliweran di puncak Merapi," kata dia.

Selain banjir dan banjir bandang, masyarakat di beberapa lokasi di DIY juga diminta waspada terhadap tanah longsor. Seperti di Samigaluh dan Kalibawang di Kulon Progo, Piyungan, Imogiri, Dlingo, dan Pundong di Bantul, serta Gedangsari di Gunungkidul.

Dwikorita mengatakan, hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan masih adanya potensi hujan lebat di beberapa wilayah DIY untuk sepekan ke depan. Meningkatnya pola tekanan rendah di wilayah Belahan Bumi Selatan (BBS) mengindikasikan terjadinya peningkatan aktifitas Moonson Asia yang dapat menyebabkan penambahan massa udara basah di wilayah Indonesia.

Aktifitas pusat tekanan udara rendah di BBS (sekitar Australia) dapat membentuk pola ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) yang memanjang dari Laut Jawa hingga Laut Arafura. Dalam skala lokal, ITCZ memengaruhi pola angin di DIY berupa konvergensi (pertemuan dan perlambatan kecepatan angin) sehingga meningkatkan potensi pembentukan awan hujan cukup signifikan di wilayah Indonesia.

"Faktor kondisi suhu muka laut di wilayah Indonesia yang masih cukup hangat (23-29 Februari) meningkatkan potensi pembentukan awan hujan," kata dia.

Ia pun mengingatkan masyarakat yang beraktivitas di luar rumah. Mereka tetap dimohon untuk memantau cuaca. Apabila akan mengadakan acara besar, penyelenggara acara diminta berkoordinasi dengan BMKG. "Bisa mengawal cuaca setiap jam gratis tidak perlu membayar," kata dia.

BMKG, ada atau tidak ada bencana, rutin menyampaikan kondisi cuaca terkini minimal kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah.  (AT/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya