Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MENANAMKAN kecintaan sejak dini kepada budaya dan adat istiadat lokal serta memupuk kesadaran kebhinnekaan di dalam sekolah penting dilakukan agar anak didik bertumbuh kembang dengan memiliki jiwa dan rasa toleransi yang tinggi.
Hal itu mendasari Sekolah Kesatuan Bangsa School (KBS) Yogyakarta untuk menggelar Festival Lima Bahasa Satu Hati 2019 di Yogyakarta, 25-26 Oktober 2019 lalu.
Dalam festival yang menampilkan berbagai kebudayaan tradisional dan mancanegara ini, anak didik diharapkan memiliki rasa kepedulian atas budayanya sendiri serta disisi lain menghargai keanekaragaman budaya suku lain dan berbagai bangsa.
Perwakilan KBS Yogyakarta Kursad Duvarci mengatakan, siswa juga diharapkan mampu tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungannya yang terdiri dari beragam latar belakang sosial.
"Ini untuk mendidik siswa sejak dini agar memiliki kepedulian atas adat istiadat yang ada. Juga mengenalkan budaya tradisional baik di Indonesia maupun di mancanegara. Dari sini kita harapkan akan timbul rasa kebersamaan, kesukarelaan dan saling menghargai satu sama lain," kata Kursad dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat (1/11).
Baca juga : ASJB Sambut Sumpah Pemuda lewat Gerakan Budaya
Ia menjelaskan, Festival Lima Bahasa Satu Hati, menampilkan tari tradisional dari berbagai wilayah Indonesia, seperti pulau Kalimantan, tari Saman dari Aceh, tari Folklor dari Turki dan lainnya.
Selain itu juga ada ajang menyanyi dalam beragam bahasa, yakni dengan bahasa Inggris, Indonesia, Turki, Jawa, dan Arab.
"Selain itu ada juga pentas teater, baca puisi , dan paduan suara, Saksofon serta pengumuman dan pemberian hadiah STEMS EXPO 2019," ujarnya.
STEMS Expo adalah ajang aplikasi 'Science, Technology, Engineering, Mathematics, and Social Studies' di mana para siswa diajak mengaplikasikan teori-teori pelajaran yang mereka dapatkan di kelas dalam kehidupan sehari-hari.
"Melalui program STEMS Expo para siswa didorong untuk memiliki keterampilan abad 21 (21st Century Skills) atau yang biasa disebut 4C, yaitu: collaboration, communication, critical thinking, dan creativity, selain belajar memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran," tambah Kursad.
Baca juga : Budayawan: Adab dan Budaya Bangsa dalam Titik Kritis
Penguasaan STEMS ini sangat penting karena di era revolusi industri 4.0 saat ini, hampir setiap aktivitas dan pekerjaan mengharuskan para pekerjanya menguasai keterampilan di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika.
Pelajaran berbasis STEMS melatih siswa untuk bernalar dan berpikir kritis, logis, dan sistematis sehingga nantinya mampu menghadapi tantangan global.
Siswa yang menguasai STEMS juga memiliki daya berpikir yang berbeda karena STEMS melatih anak untuk terbiasa berpikir mencari solusi dan inovasi. (RO/OL-7)
"Melakukan hate speech, melakukan penghasutan, menyemburkan ujaran kebencian, menebarkan berita bohong. Itu berlangsung berulang-ulang dan bertahun-tahun,"
“Saya mengimbau seluruh WNI untuk berhati-hati, jangan sampai terpancing suasana yang panas, dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan NKRI,” ujar Ketua Umum Amerika Bersatu
Ayang cempaka digandeng untuk menggambar berbagai ikon-ikon terkenal mulai dari budaya, legenda, kesenian, alam, flora, dan fauna.
Arif Rosyid, Sekjen DMI, menilai bahwa masjid sebenarnya bukanlah tempat bersarangnya gerakan radikalisme.
UIN Syarif Hidayatullah dinilainya banyak menghasilkan tokoh nasional seperti Harun Nasution, Nucholish Madjid, Quraish Shihab, dan Azyumardi Azra.
Sangat disayangkan, di tengah pergumulan bangsa menghadapi Covid-19, terjadi persoalan-persoalan yang cukup memprihatinkan seperti yang terjadi di Papua, Sulawesi Tengah, dan DKI Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved